Solusi Bagi Bayi yang Sulit BAB

Solusi Bagi Bayi yang Sulit BAB

Suherni Sulaeman - detikHealth
Jumat, 09 Mei 2014 11:45 WIB
Solusi Bagi Bayi yang Sulit BAB
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Anak saya usia 3,5 bulan. Sudah 3 hari ini belum buang air besar. Anak saya minum ASI eksklusif. Apakah normal jika lebih dari 2 hari belum BAB? Apa solusinya? Terimakasih.

Bunda1245y1d (perempuan menikah, 25 tahun)
bundarasyidXXXXXX@gmail.com
Tinggi badan 160 cm, berat badan 58 kg

Jawaban

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dear Bunda Rasyid yang dirahmati Allah, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami.

Langsung saja kita menuju ke pokok permasalahan.

Sulit buang air besar (BAB) pada anak berusia 3,5 bulan selama 3 hari cenderung mengarah ke konstipasi akut, belum ke konstipasi kronis.

Studi yang dilakukan oleh Issenmann, dkk menunjukkan bahwa 16% orangtua dari anak berusia 22 bulan melaporkan kejadian konstipasi (sulit buang air besar) pada anaknya. Dari kejadian ini, sekitar 38-65% telah menunjukkan gejala sebelum berusia enam bulan.

Kriteria diagnostik (yaitu klasifikasi Rome II) dan algoritma sulit buang air besar (konstipasi) pada bayi dan anak telah dirumuskan oleh North American Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition (NASPGN) dan PACCT.

Sesuai rumusan The Paris Consensus on Childhood Constipation Terminology (PACCT) Group, konstipasi kronis pada bayi minimal memiliki dua karakteristik berikut ini selama delapan minggu terakhir:

1. frekuensi BAB kurang dari tiga kali per minggu
2. lebih dari satu episode 'fecal incontinence' per minggu
3. tinja padat/besar di rectum yang terasa pada pemeriksaan palpasi perut oleh dokter
4. nyeri saat BAB
5. tinja begitu padat/keras/besar sehingga menyumbat toilet
6. adanya 'retentive posturing and withholding behavior'.

Solusi utama untuk mengatasi konstipasi pada bayi dan anak tentunya adalah diet cairan.

Berikut ini rekomendasi diet cairan di UK, berdasarkan NICE guideline (2009):

Usia dan cairan yang dibutuhkan (ml/Kg berat badan/hari)
0-3 bulan: 150
4-6 bulan: 130
7-9 bulan: 120
10-12 bulan: 110
1-3 tahun: 95
4-6 tahun: 85
7-10 tahun: 75
11-14 tahun: 55
15-18 tahun: 50

Susan SB, dkk (1999) menawarkan solusi untuk konstipasi pada bayi, yaitu: meningkatkan asupan cairan, terutama jus yang mengandung sorbitol, misalnya saja prune (buah prem), pear (pir), jus apel, yang direkomendasikan sebagai diet sehat. Ekstrak gandum (barley malt extract), sirup jagung, lactulose, atau sorbitol dapat digunakan sebagai pelembut atau pelunak tinja (stool softeners). Adapun sirup jagung yang cerah dan gelap (light and dark corn syrups) tidak dipertimbangkan mengingat sebagai sumber potensial spora Clostridium botulinum. Mineral oil dan stimulant laxatives tidak direkomendasikan. Karena gastroesophageal reflux dan incoordination proses menelan seringkali dijumpai pada bayi, juga terdapat risiko yang lebih besar aspirasi (tertelan) mineral oil, yang berakibat radang paru-paru berat (severe lipoid pneumonia). Glycerin suppositories dapat bermanfaat, sedangkan enemas harus dihindari.

Dokter akan memberikan polyethylene glycol 3350 dan elektrolit (Movicol Paediatric Plain) sebagai terapi lini pertama untuk mengatasi konstipasi pada bayi/anak. Dokter akan memertimbangkan (tambahan) pemberian laxative lainnya seperti lactulose atau docusate bila tinja keras. Beberapa anak memerlukan terapi laxative selama beberapa tahun.

Pada intinya, beberapa pendekatan dapat direkomendasikan sesuai indikasi dan rekomendasi dokter untuk mengatasi konstipasi akut pada bayi dan anak, seperti: intervensi diet, agen prokinetik, biofeedback, osmotic laxatives, mineral oil, solusi polyethylene-glycol electrolyte (PEG) 3350, yang dikombinasikan dengan parental education dan behavioral training.

Edward A Bell dan Geoffrey C Wall (2004) telah meneliti efektivitas polyethylene-glycol electrolyte (PEG) 3350 untuk mengatasi sulit BAB pada bayi dan anak.

Adapun efektivitas biofeedback untuk mengatasi konstipasi telah dibuktikan oleh Steve Heymen MS, dkk (2003) meskipun masih memerlukan riset lanjutan.

Untuk kasus konstipasi kronis (menahun) pada bayi dan anak, dapat diatasi dengan edukasi, faecal disimpaction, mencegah impaction di masa mendatang, dan promosi kebiasaan BAB teratur (promotion of regular bowel habits) dengan diet serat (dietary fibre) dan susu yang kaya akan magnesia, di samping juga pelatihan/pembiasaan BAB (toilet training) untuk anak-anak yang belum bersekolah.

Cisapride juga berperan di dalam manajemen sulit BAB menahun (chronic idiopathic constipation) pada anak-anak.

Demikian penjelasan ini, semoga memberikan pencerahan dan solusi.

Salam sehat dan sukses selalu!

Dokter Dito Anurogo
Penulis 15 buku, berkarya di Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII) dan Comprehensive Herbal Medicine Institute (CHMI), Surya University, Indonesia.

(hrn/vta)

Berita Terkait