Rani Rosiana W (Wanita lajang, 20 tahun)
rosiana_raniXXXXXX@yahoo.com
Tinggi badan 160 cm, berat badan 65 kg
Jawaban
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langsung saja kita membahas hubungan gula darah dengan kadar hemoglobin. Mohon maaf bila bahasan ini banyak menggunakan istilah kedokteran, sebab penjelasannya sudah dalam ranah biologi molekuler.
Tes paling umum dilakukan untuk mengetahui glukosa (kadar gula) dalam darah adalah tes glukosa darah dan glycated hemoglobin (GHb).
Beragam parameter fisiologis, seperti: temperatur, pH, masa hidup (lifetime) protein, konsentrasi substrat, dan beragam parameter yang memengaruhi individu, rata-rata pembentukan ketoamine tergantung dari reaktivitas kelompok amin.
Untuk molekul hemoglobin, dengan rantai 2a- dan 2b-, kelompok amino terminal dari rantai b-lebih disukai, memberikan persenyawaan yang dikenal dengan nama HbA1c (hemoglobin A1c).
Sejak eritrosit (sel darah merah) bersifat permeabel terhadap glukosa, rata-rata pembentukan
GHb secara langsung dan proporsional terhadap konsentrasi glukosa ambient; dimana eritrosit bersirkulasi selama durasi paparan dan turnover eritrosit.
Modifikasi posttranslational dari molekul HbA untuk membentuk GHb bersifat irreversible, dan glycation hemoglobin terjadi di seluruh masa hidup (entire lifespan) eritrosit. Kadar GHb adalah pengukuran terintegrasi dari rata-rata glukosa darah selama 120 hari. Lalu pertanyaannya adalah, seberapa akuratkah pengukuran ini? Jika masa hidup eritrosit normal, lalu persentase GHb merupkan indikator terpercaya untuk keadaan glikemik (glycemic state) selama 2-3 bulan terakhir, namun tidak jika masa hidupnya berkurang. Dalam 120 hari ini, glycemia terkini memiliki pengaruh terbesar pada nilai HbA1c. Model teoretis dan studi klinis membuktikan bahwa, pada penderita yang tetap terkendali (in stable control), setengah kadar HbA1c-nya akan terbentuk di bulan terkini sebelum tes, 25% di bulan sebelum itu, dan sisanya 25% di bulan 2 sampai 4.
HbA1c adalah pengukuran terintegrasi dari variasi glycemic yang terdiri dari glucose excursions dari hipoglikemia ke normoglikemia menuju hiperglikemia puasa dan post-prandial. Proses biokimiawi glycation mampu memerkirakan hubungan mesra antara HbA1c dan MBG (mean blood glucose; glukosa darah rata-rata). Beragam studi klinis telah memverifikasi eratnya hubungan ini dengan koefisien korelasi antara 61% hingga 93%.
Adapun model persamaan matematisnya adalah:
MBG (mg/dl) = (34,74 x HbA(1c)) - 79,21 dengan nilai r = 0,93
atau:
MBG (mmol/l) = 1,91 x HbA(1c) - 4,36 dengan nilai r = 0,93
Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.
Salam sehat dan sukses selalu!
Dito Anurogo
Penulis 15 buku, berkarya di Comprehensive Herbal Medicine Institute (CHMI), Center for Robotic and Intelligent Machines (CRIM), serta Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII), Surya University, Indonesia.
(hrn/up)











































