Boo (Pria lajang, 19 tahun)
yayayaXXXXXX@yahoo.com
Tinggi 165 cm, berat 48 kg
Jawaban
Mencermati keluhan singkat Boo di atas, maka besar kemungkinan diagnosis menuju ke arah hipotensi ortostatik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab hipotensi ortostatik adalah dehidrasi, kehilangan darah, gangguan persarafan, kardiovaskuler, sistem endokrin, dan zat/obat tertentu (misalnya: alkohol, antiadrenergik,
Antiangina, antiaritmia, antikolinergik, antidepresan, antihipertensi, agen antiparkinson, diuretik, narkotik, neuroleptik, sedatif).
Hipotensi ortostatik dapat terjadi jika ada volume intravaskuler yang tidak mencukupi, disfungsi sistem saraf otonom, penurunan venous return, atau ketidakmampuan untuk meningkatkan cardiac output sebagai respon terhadap perubahan posisi tubuh. Penurunan perfusi serebral memroduksi gejala-gejala neurologis dari hipotensi ortostatik.
Baca juga: Bangun Tidur Terasa Pusing, Mungkin Ini Penyebabnya
Solusinya mudah. Hindari mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat, batasi (lebih baik hindari) asupan alkohol, pastikan kebutuhan cairan tubuh selalu cukup.
Latihan olahraga juga baik untuk penderita hipotensi ortostatik. Berdiri dengan kaki menyilang dengan atau tanpa menyandar ke depan. Berjongkok efektif meredakan gejala hipotensi ortostatik. Manuver lainnya adalah latihan isometrik yang melibatkan gerakan otot-otot lengan, kaki, dan perut selama perubahan posisi atau berdiri lama. Menghindari berjalan selama cuaca panas atau terik matahari. Meninggikan kepala saat tidur. Berdiri dari duduk secara perlahan atau bertahap. Memakai stockings kompresi. Meninggikan jari-jari kaki, kontraksi paha, dan mengencangkan atau mengikat pinggang juga direkomendasikan.
Bila upaya di atas telah dilakukan namun hasilnya belum optimal atau maksimal, maka dokter akan merekomendasikan pilihan obat: fludrocortisone, midodrine, atau pyridostigmine. Golongan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), kafein, dan epoetin terkadang juga direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi hipotensi ortostatik.
Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.
Salam sehat dan sukses selalu.
dr. Dito Anurogo, bekerja di Indonesian Young Health Professionals' Society (IYHPS).
(hrn/vit)











































