Saya menikah untuk ibadah, mencoba mempelajari, mengerti bagaimana karakter suami saya, namun kenapa sampai saat ini di matanya saya merasa belum ada cinta untuk saya? Sebelum dengan saya dia bertunangan hampir 7 tahun, lalu pasangannya meninggalkan dia dan memutuskan untuk menikah dengan pria lain.
Sewaktu saya hamil pun, untuk perhatiannya sangat jarang sekali, malah dia ketahuan berkomunikasi kembali dengan wanita sewaktu dia tidak di Indonesia, via skype dan itupun saya tahu karena feeling saya dan saya melihat riwayat obrolan di komputer suami saya, wanita itu dan suami saya dulunya suka melakukan pesan seks, dan di situ pun saya marah, lalu saya melihat inbox di akun sosialnya dia berbicara degan perempuan lain, itupun pada saat saya hamil 6/7 bulan, dan dia sempat off kerja selama 2 bulan, dan dia off kerja pun tidak membicarakan dengan saya sebagai istri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya sebagai istri kadang tidak didengar oleh dia, kadang saya berpikir untuk mengakhiri saja perkawinan ini, karena di samping dia sepertinya masih belum bisa melupakan mantan tunangannya itu, karena saya bukan tipe wanita suami saya. Saya curhat ke ibunya pun sepertinya tidak ada respons. Saya tidak mau cerita ke ibu saya, karena kalau sampai ibu saya tahu bisa marah dan tidak akan terima. Saya sakit pun, terkadang dia tidak mau tahu, menyentuh atau merawat pun kadang jarang dan lebih cuek, saya selalu mencoba introspeksi diri dan lebih memilih diam. Saya minta sarannya, karena saya tidak mau kalau bersedih terus-menerus.
R (Wanita, 29 tahun)
ririxxx@yahoo.com
Tinggi 162 cm, berat 59 kg
Jawaban
Halo Bu Rini,
Saya bisa mengerti perasaan Anda. Apapun pilihan Anda nantinya, Anda harus bersiap juga untuk menanggung risikonya. Namun pastinya, apapun pilihan Anda, pastikan itu yang terbaik untuk Anda dan si kecil.
Coba bicarakan dulu dengan baik pada suami. Apa alasannya menikah dengan Anda dan sudah siapkah ia dengan tanggung jawabnya. Bantulah ia untuk mengenali situasinya saat ini dan supaya ia belajar bertanggung jawab untuk keluarganya.
Selain ibunya, apakah ada pihak keluarga lain yang bsia diajak berdiskusi? Bila ada orang yang ia hormati, maka ia jgua akan dapat menjadi penengah yang baik untuk masalah Anda ini. Konselor pernikahan atau pemuka agama juga dapat menjadi penolong yang baik untuk masalah Anda berdua ini.
Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd
Menyelesaikan pendidikan Magister Psikologi di Universitas Indonesia
dan Magister Pendidikan Profesi Kesehatan di Universitas New South Wales, Australia
Twitter: @rosdianaDNA
Website: Rosdianasetyaningrum.com
(hrn/up)











































