Saya mengalami gejala sesak di dada dan terasa panas, rasa nyeri menjalar dari lengan kiri ke leher sampai ke rahang gigi, disertai dengan mual dan muntah, susah menelan, kerongkongan terasa sakit dan pahit. Badan saya lemas terasa seperti mau pingsan.
Saya sudah periksakan diri ke RS dan dinyatakan menderita GERD, nah saya ingin bertanya kepada dokter, saya browsing tentang gejala yang saya rasa kan itu hampir mirip dengan gejala angina pectoris. Yang jadi pertanyaan, bagaimana cara membedakan gejala GERD dengan gejala angina pectoris?
Dhani (Pria, 29 tahun)
siidhaniXXXXX@gmail.com
Tinggi 168 cm, berat 45 kg
Jawaban
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. dada terasa terbakar atau panas, seringkali (namun tidak selalu) terjadi setelah makan, memburuk saat berbaring atau ketika membungkuk ke depan, seringkali mereda setelah diberi antasid.
2. dada terasa terbakar, terutama di malam hari. Disertai batuk dan regurgitasi, sehingga sering terbangun.
3. regurgitasi asam. Maksudnya, membaliknya isi lambung ke mulut.
Gejala-gejala di gastrointestinal (lambung dan saluran pencernaan) lainnya:
1. rasa (m)asam di mulut
2. perut terasa mudah kenyang, penuh, kembung, begah
3. produksi air liur berlebihan (hipersalivasi)
4. nyeri di ulu hati
5. mual
6. sering bersendawa
7. nyeri saat menelan (odinofagia)
8. bau napas yang tidak sedap (halitosis)
9. sulit menelan yang hilang-timbul
10. gangguan pencernaan dan dispepsia
11. globus pharyngeus (sensasi tak nyaman di tenggorokan)
12. perdarahan di lambung dan saluran pencernaan
Gejala-gejala lainnya:
1. bersin
2. asma
3. batuk di malam hari
4. rasa seperti tercekik di malam hari
5. nyeri dada non-jantung
Tanda-tanda GERD:
1. Pemeriksaan fisik umumnya normal.
2. Tanda-tanda anemia, seperti: kulit atau konjungtiva pucat, dapat terjadi bila penderita GERD menderita anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh kehilangan darah yang signifikan dalam waktu lama, sebagai hasil dari ulserasi/erosi esofagus.
3. Faringitis
4. Halitosis
5. Erosi enamel (lapisan email gigi) dan pembusukan gigi
6. Mereka yang kegemukan (overweight atau obesitas) cenderung lebih mudah mengalami GERD.
Angina pektoris memiliki gejala:
1. Presentasi klasik adalah ketidaknyamanan dada, di daerah substernal, yang menyebar ke bagian dalam lengan kiri.
2. Ketidaknyamanan itu dapat berupa: dada terasa berat atau sesak, dada terasa tertekan, dada seolah ditindih benda berat.
3. Rasa tidak nyaman ini dapat menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, atau yang kurang sering terjadi adalah ke punggung atau ke lengan kanan.
4. Dapat juga dirasakan sebagai ulu hati terasa terbakar atau terasa penuh.
5. Nyeri apapun di atas pinggang akibat aktivitas dan mereda dengan istirahat, patut dicurigai angina.
Angina klasik, gejalanya:
1. Rasa tidak nyaman di dada, tersering muncul secara bertahap dan mencapai puncaknya beberapa menit sebelum mereda.
2. Ketidaknyamanan ini biasanya mereda setelah beristirahat atau 2-3 menit setelah konsumsi nitrogliserin sublingual.
3. Banyak penderita angina yang merasakan gejalanya bukan sebagai nyeri, melainkan: sensasi atau rasa terbakar, terikat, tertekan, tertindih, tertikam benda tajam di dada, dsb.
4. Beberapa penderita merasakan sesak napas, kelelahan yang sangat, mual, berkeringat dingin, sensasi kepala berputar (nggliyeng), perubahan status mental, atau yang jarang, pingsan. Semua ini berpotensi terjadi, sebagai pengganti istilah ketidaknyamanan di dada.
5. Gejala-gejala dipicu oleh aktivitas fisik, stres emosional, paparan dingin, merokok atau terpapar asap (rokok), konsumsi makanan.
Siapa saja yang berpotensi tinggi menderita angina pektoris?:
1. merokok (pasif dan aktif),
2. menderita tekanan darah tinggi (hipertensi),
3. menderita kencing manis (diabetes melitus),
4. memiliki kadar kolesterol tinggi,
5. memiliki kadar trigliserid tinggi,
6. diet tinggi lemak,
7. gaya hidup tidak: teratur, harmonis, sehat, seimbang, selaras.
Salah satu diagnosis banding angina pektoris adalah GERD. Sehingga tidak perlu heran bila gejala GERD seolah mirip dengan angina pektoris. Oleh karena itu, di dalam menegakkan diagnosis angina pektoris, dokter selalu berhati-hati dan selalu menanyakan riwayat penyakit terdahulu, ada-tidaknya faktor risiko angina pektoris, melakukan pemeriksaan fisik, melakukan screening laboratorium rutin, dan electrocardiography (ECG).
Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.
Salam sehat dan sukses selalu.
Dito Anurogo sedang studi di S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis FK UGM Yogyakarta.
(hrn/vit)











































