Dari sejak menikah sampai sekarang selalu saya yang mengajak untuk berhubungan, kadang-kadang saya merasa sakit hati karena merasa tidak dianggap sebagai istri, sekarang anak saya sudah umur 2 tahun dan sejak habis melahirkan sampai sekarang kami jarang sekali berhubungan 3/4 bulan skali.
Kalau saya tanya suami diam saja padahal saya lihat juga tidak ada usaha untuk mencari tahu ada apa sebenarnya selalu saya yang browsing. Saya bingung karena menurut saya ML itu bukan hanya sekadar urusan maaf, penis dan vagina saja, tapi juga menyangkut kasih sayang antara suami dan istri, jadi saya selalu beranggapan suami saya tidak pernah sayang sama saya. Mohon solusinya Dok. Terimakasih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
navirgo_XXXXX@yahoo.com
Tinggi 165 cm, berat 75 kg
Jawaban
Anda dan suami usianya relatif masih muda, dan sungguh bahagia karena sudah dikaruniai anak usia 2 tahun. Patut diapresiasi pendapat Anda tentang pentingnya hubungan seksual, yang terdiri atas 3 fungsi: #fungsi Reproduktif: menghasilkan keturunan; #fungsi rekreasi: untuk mencapai kenikmatan seksual bersama; #fungsi relasi: untuk membina & melestarikan hubungan suami istri. Ketiga fungsi tersebut hendaknya dilakukan dalam pernikahan berlandaskan cinta-kasih suami dan istri.
Anda dan suami sudah berhasil memenuhi fungsi pertama (reproduksi). Fungsi kedua dan ketiga agaknya belum tercapai. Dianjurkan agar Anda mengajak suami Anda berkonsultasi dengan dokter keluarga untuk menentukan penyebabnya 'mengapa ia jadi malas bercinta?.
Penyebabnya bisa #faktor psikis (sedang mengalami stres) atau #faktor fisik (mengidap penyakit kronis, misalnya kencing manis, darah tinggi, perlemakan hati) yang membuat ia lesu, tidak bergairah untuk bercinta.
Anda diharapkan tetap berpikir positif, karena Anda sudah dikaruniai anak. Juga patut direnungkan hakekat arti cinta pasangan, adalah menerima kelebihannya dan menerima pula kekurangannya. Semoga dengan kebijakan dan cinta murni Anda, kekurangan suami bisa diatasi.
Dr. Andri Wanananda MS
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) serta pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta
(hrn/vit)











































