Efelia (Pria, 16 tahun)
efeliaXXXXXX@yahoo.com
Tinggi 150 cm, berat 40 kg
Jawaban
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, saya ingin lebih memastikan saja. Benjolan kecil di kepala bagian belakang itu seberapa besar? Apakah benjolan ada juga di leher belakang? Berdiameter berapa cm? Lunak atau keras? Sudah berapa lama? Apakah disertai demam? Apakah ada riwayat terjatuh atau kecelakaan?
Baiklah, sebelumnya saya jelaskan tentang berbagai kemungkinan diagnosis dari benjolan di kepala, antara lain:
1. Kista dermoid
2. Kista sebaseus
3. Neurofibromatosis
4. Rhabdomyosarcoma (embrional)
5. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury)
6. penyakit von Recklinghausen.
Sedangkan beberapa diagnosis banding dari benjolan di leher, secara umum dibedakan menjadi:
1. Kongenital, misalnya: kista timus, kista dermoid, teratoma, ranula, laringokel, ketidaknormalan vaskuler, kista duktus tiroglosus.
2. Inflamasi atau peradangan, dibedakan menjadi non-infeksius dan infeksius. Yang infeksius misalnya: limfadenopati viral reaktif, limfadenopati bakterial, limfadenopati parasitik.
3. Neoplastik atau keganasan, contohnya: limfoma, paraganglioma, massa tiroid, metastasis (penyebaran) karsinoma leher dan kepala, lipoma dan kista kulit benigna (jinak), neoplasma kelenjar saliva, schwannoma.
Penyebab
Apa saja yang menyebabkan benjolan atau pembengkakan di kepala dan leher? Penyebabnya multifaktorial. Secara umum dapat diklasifikasikan menjadi empat, yakni:
1. Pembesaran kelenjar getah bening di kepala dan leher,
2. Kondisi peradangan (infeksius),
3. Adanya kista, massa tiroid, massa pembuluh darah (vaskuler), massa kelenjar ludah, dsb,
4. Massa jinak dan ganas.
Untuk menegakkan diagnosis, maka dokter akan melakukan anamnesis (pertanyaan komprehensif-terstruktur), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, membuat diagnosis banding, menegakkan diagnosis, dan memberikan penatalaksanaan yang sesuai.
Perlu saya tekankan bahwa kedokteran itu adalah seni, istilahnya the art of medicine. Jadi tidak serta-merta diagnosis itu ditegakkan hanya dari keluhan singkat, googling, browsing internet, dan membaca banyak literatur.
Untuk menentukan berbahaya atau tidak, itu memerlukan pemeriksaan histopatologis (pewarnaan-biopsi jaringan). Hasilnya dapat diinterpretasikan sebagai jinak atau ganas.
Terlebih yang Anda tanyakan adalah kakak laki-laki, bukan diri Anda sendiri. Tentunya banyak sekali bias yang dapat dijumpai dari aloanamnesis semacam ini.
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang disarankan, sesuai indikasi dan rekomendasi dokter, antara lain:
1. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
2. CT scan (dengan/tanpa kontras)
3. PET (Positron Emission Tomography)
4. SPECT (Single Photon Emission Tomography)
5. FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)
6. Endoskopi
7. Biopsi eksisional
8. Tes fungsi tiroid
9. Rontgen dada
Saran saya, anjurkan agar kakak laki-laki Anda segera memeriksakan diri ke dokter, untuk mendapatkan tatalaksana yang sesuai.
Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.
Salam sehat dan sukses selalu.
Dokter Dito Anurogo, penulis 17 buku, sedang studi di S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis FK UGM Yogyakarta. (hrn/vit)











































