Saya ingin bercerita Dok, sejak anak saya lahir sampai dengan sekarang berusia tiga bulan saya memberikan dia ASI (Air Susu Ibu) dan dicampur dengan susu formula (sufor), dikarenakan selama empat hari saya berada di rumah sakit. Anak saya didiagnosis hampir menderita penyakit kuning dan saat itu ASI saya belum sepenuhnya keluar. Jadi ibu saya memberikan bayi saya sufor untuk mendongkrak asupan cairan agar tidak mengalami penyakit kuning.
Singkat cerita selama satu bulan pertama anak saya diberi ASI dan sufor Dok, lalu suami saya menyarankan agar saya bisa memberikan anak saya ASI eksklusif saja. Saya sudah berusaha memberikan ASI lebih banyak daripada sufor, saya juga memberi asupan makanan pada diri saya dengan makan makanan bergizi seperti ikan, daging, telur, sayuran dan sebagainya. Namun setelah saya coba satu bulan dengan memberikan ASI lebih banyak daripada sufor, malah berat badan (BB) anak saya tidak naik. Mengetahui hal ini, ibu saya langsung memberinya sufor lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahma (Perempuan, 23 tahun)
Jawaban
Selamat pagi Ibu Rahma, terima kasih atas pertanyaannya. Bayi yang diberi susu formula akan lebih rentan mengalami penyakit seperti asma, alergi, infeksi telinga, infeksi saluran napas, gangguan pencernaan, gangguan kardiovaskular, obesitas, dan lain-lain. Ibu yang tidak menyusui bayinya juga akan lebih rentan mengalami penyakit seperti diabetes, hipertensi, obesitas, kanker payudara, kanker indung telur, alzheimer, dan lain lain. Oleh karena itu, niat ibu untuk dapat menyusui bayi sangat baik.
Sebenarnya bayi usia 0-6 bulan dapat terpenuhi kebutuhan kalorinya dengan menetek saja. Namun jika bayi lebih banyak diberikan susu formula, bayi sudah kenyang dengan susu formula tersebut, sehingga pada saat diberikan payudara ia sudah tidak mau menetek dengan lahap. Hisapan bayi ke payudara yang berkurang tersebut menyebabkan rangsangan produksi ASI menjadi lebih sedikit. Inilah yang menyebabkan kenaikan berat badan bayi tidak optimal.
Keadaan yang dapat menyebabkan hisapan bayi yang berkurang juga dapat disebabkan oleh penggunaan dot atau empeng. Penggunaan dot atau empeng dapat mengubah pola hisapan bayi, sehingga bayi hanya menetek di puting dan tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup. Keadaan lain yang menyebabkan bayi tidak dapat menetek dengan efektif adalah adanya kelainan anatomis pada mulut bayi yang menyebabkan gerakan lidah terbatas pada saat menghisap payudara. Hisapan bayi menjadi tidak efektif untuk mengosongkan payudara dan akibatnya berat badan bayi tidak dapat naik dengan baik.
Hal yang perlu diingat agar produksi ASI bertambah adalah hisapan bayi yang baik. Jika payudara semakin sering dihisap dengan hisapan yang baik, maka produksi ASI ibu akan bertambah banyak. Jadi prosesnya bukanlah menunggu produksi ASI bertambah banyak dahulu baru disusui ke bayi, tapi bayi harus dapat menghisap dengan baik dahulu barulah kemudian produksi ASI ibu akan berangsur-angsur bertambah.
Alangkah baiknya jika ibu berkonsultasi lebih lanjut ke klinik laktasi dengan membawa bayi dan seluruh anggota keluarga. Di klinik laktasi akan dilakukan evaluasi mengenai proses menyusui, penilaian produksi ASI ibu, pemeriksaan status gizi bayi, dan kondisi anatomis mulut bayi. Jika pada saat pemeriksaan ditemukan adanya kesulitan khusus untuk menghisap pada bayi, sebaiknya segera dilakukan penatalaksanaannya. Hal yang penting juga untuk dilakukan adalah menghentikan penggunaan dot atau empeng jika sebelumnya bayi pernah menggunakannya.
dr Asti Praborini, SpA, IBCLC
Dokter Laktasi dan Ibu Menyusui di RS Permata Depok
Ketua Tim Laktasi RS Permata Depok
Koordinator Pelatihan Manajemen Laktasi Perinasia Pusat
www.rspermatadepok.com (hrn/vit)











































