Gigitan nyamuk pembawa virus atau parasit tertentu dapat menyebabkan penyakit parah. Salah satu penyakit yang bisa ditularkan melalui nyamuk adalah chikungunya.
Apa Itu Penyakit Chikungunya?
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada pengidap yang berarti posisi tubuhnya melengkung. Hal ini mengacu pada postur pengidap yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat pada lutut, pergelangan kaki dan tangan, serta tulang belakang.
Wabah chikungunya pertama kali dilaporkan di Afrika, Eropa, Asia, dan pulau-pulau di Samudra Hindia dan Pasifik. Kasus pertama kali terjadi di Amerika pada tahun 2013, di pulau-pulau Karibia.
Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Sama halnya dengan demam berdarah, penyakit chikungunya dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan demam tinggi dan nyeri sendi secara mendadak. Sebagian besar gejalanya antara 3 sampai 10 hari, akan tetapi pada beberapa orang nyeri sendi dapat berlanjut hingga berbulan-bulan.
Gejala Chikungunya
Pada gejala awal chikungunya biasanya ditandai dengan demam yang diikuti adanya ruam di kulit. Setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, biasanya penyakit akan timbul setelah 4 sampai 8 hari kemudian, tetapi kisarannya bisa 2 hingga 12 hari.
Berikut gejala chikungunya, yakni:
- Nyeri sendi
- Demam tinggi secara tiba-tiba (biasanya di atas 38,8 derajat Celcius)
- Sakit kepala
- Mual
- Muntah
- Mata merah
- Nyeri otot
- Ruam
Mayoritas orang yang terinfeksi chikungunya memiliki gejala yang sama, namun pada beberapa orang tidak menunjukkan gejala. Sebagian besar orang yang terinfeksi bisa sembuh dengan sendirinya kecuali nyeri sendi yang bisa berlanjut hingga beberapa bulan bahkan tahun.
Penyebab Chikungunya
Penyakit chikungunya disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi. Nyamuk tersebut merupakan Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang juga menularkan penyakit demam berdarah dan virus Zika. Penyakit ini tidak dapat menular dari seseorang ke orang lainnya, akan tetapi penyakit ini menyebar ketika nyamuk menggigit seseorang yang terkena virus chikungunya. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tidak ada bayi yang ditemukan telah terinfeksi virus chikungunya karena mengonsumsi ASI pada ibunya.
Berikut faktor lain penyebab chikungunya, yakni:
- Infeksi oleh virus chikungunya
Virus ditularkan oleh nyamuk dan menyebabkan demam, ruam dan nyeri sendi. Pada beberapa kasus, chikungunya juga menyebabkan komplikasi yang lebih serius
- Terdapat virus lain
Adanya virus lain seperti demam berdarah dan virus Zika memiliki gejala yang sama dengan chikungunya. Selain itu, obat-obatan tertentu juga menyebabkan gejala mirip chikungunya.
Maka dari itu, perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab pasti dari gejala-gejala tersebut.
Faktor Risiko Chikungunya
Terdapat faktor risiko yang mendukung seseorang terkena virus chikungunya, antara lain:
- Bayi baru lahir
- Usia 65 tahun ke atas
- Memiliki penyakit hipertensi, diabetes, dan jantung
- Tinggal atau berpergian ke daerah tropis
- Metabolisme tubuh lemah
Komplikasi Chikungunya
Sebenarnya, komplikasi chikungunya jarang terjadi. Namun, chikungunya tetap memiliki risiko menyebabkan beberapa komplikasi, yakni:
- Retinitis (Masalah kesehatan pada penglihatan yang dapat merusak retina)
- Miokarditis (Peradangan pada jantung yang berpengaruh pada otot jantung, sistem kelistrikan jantung, dan menurunkan kemampuan jantung)
- Mielitis (Masalah kesehatan yang menyebabkan peradangan pada sumsum tulang belakang)
- Uveitis (Adanya peradangan pada lapisan tengah mata yang ditandai dengan mata merah)
- Hepatitis (Adanya peradangan pada hati atau liver)
- Sindrom Guillain- Barre (Gangguan pada sistem saraf yang menyebabkan kelumpuhan)
- Nefritis (Adanya peradangan pada ginjal)
- Ensefalitis (Adanya peradangan pada otak)
Diagnosis Chikungunya
Jika mengalami gejala seperti nyeri sendi dan demam yang tinggi sehabis berkunjung ke daerah yang memiliki penularan tinggi, segera berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, dokter akan melakukan tes darah untuk mendeteksi keberadaan virus chikungunya.
Selain itu, terdapat metode lain yang digunakan untuk mendiagnosis virus chikungunya seperti tes serologis yakni enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA) yang dapat mendeteksi keberadaan antibodi anti-chikungunya IgM dan IgG atau melalui pemeriksaan molekuler dengan polymerase chain reaction (PCR).
Dugaan diagnosis didasarkan pada gejala klinis yakni demam akut, disertai dengan poliartralgia yang sering menyerang pergelangan kaki, tangan, dan sendi-sendi kecil lainnya.
Pengobatan Chikungunya
Chikungunya merupakan kondisi penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Biasanya, pengidap akan kembali pulih setelah 1 sampai 2 minggu sehingga tidak memerlukan pengobatan khusus.
Dokter meresepkan obat anti radang untuk meredakan demam dan nyeri sendi serta menyarankan pasien untuk beristirahat dengan cukup. Pengobatan ini ditujukan untuk pasien yang memiliki gejala ringan.
Selanjutnya, dokter juga memberikan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mencegah terjadinya pendarahan dan meningkatkan asupan gizi agar mempercepat proses kesembuhan.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera berkonsultasi dengan dokter ketika mengalami gejala tersebut, atau jika sebelumnya telah mengunjungi daerah yang banyak terdapat kasus chikungunya. Penting diingat untuk memeriksakan diri jika mengalami gejala yang serius seperti:
- Sendi bengkak
- Nyeri sendi
- Kehilangan kesadaran
- Nyeri perut
- Perdarahan
- Gangguan penglihatan
- Nyeri otot
Simak Video "Video: Wabah Chikungunya di Jawa Barat: 6000 Orang Terjangkit"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)











































