Delirium

Delirium

Dinda Zahra Ghaisani Usdi - detikHealth
Delirium
Ilustrasi Delirium Foto: Getty Images/iStockphoto/David Gyung
Jakarta - Delirium adalah perubahan dalam kondisi mental yang banyak dialami oleh orang lanjut usia. Biasanya, mereka yang mengidap ini akan sering terlihat bingung atau tak sadar dengan lingkungannya. Untuk mengetahui kondisi ini lebih lanjut, simak penjelasan berikut.

Apa Itu Delirium?

Delirium adalah memburuknya atau perubahan dalam kondisi mental seseorang yang terjadi secara tiba-tiba. Orang tersebut mungkin menjadi bingung atau lebih bingung dari biasanya dan kurang sadar akan lingkungan sekitar.

Delirium terjadi ketika terdapat gangguan pada aktivitas otak yang biasanya disebabkan berbagai faktor. Mereka yang mengidap delirium sering bertindak sangat berbeda dari biasanya.

Delirium diidentifikasi ke dalam tiga jenis:

1. Delirium hiperaktif

Ini menjadi tipe yang paling mudah dikenali. Orang dengan tipe ini mungkin gelisah dan mondar-mandir di dalam ruangan. Mereka juga mungkin mengalami cemas, perubahan suasana hati yang cepat, atau melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Mereka dengan tipe ini sering menolak perawatan.

2. Delirium hipoaktif

Orang dengan tipe ini mungkin tidak aktif atau aktivitasnya berkurang. Mereka cenderung lamban atau mengantuk. Orang dengan tipe ini juga mungkin akan tampak linglung dan tidak berinteraksi dengan keluarga atau orang lain.

3. Delirium gabungan

Seseorang dengan delirium campuran terkadang memiliki gejala delirium hiperaktif di satu waktu dan hipoaktif di lain waktu. Mereka akan beralih di antara gejala-gejala ini sepanjang hari atau dari satu hari ke hari berikutnya. Misalnya, mereka bisa sangat gelisah pada satu waktu dan kemudian menjadi sangat mengantuk.

Delirium dan demensia mungkin sulit untuk dibedakan dan seseorang bisa memiliki keduanya. Seseorang dengan demensia mengalami penurunan ingatan dan keterampilan berpikir lainnya secara bertahap karena kerusakan atau hilangnya sel-sel otak.

Delirium sering terjadi pada pengidap demensia. Namun, episode delirium tidak selalu berarti seseorang mengidap demensia. Tes demensia tidak boleh dilakukan selama episode delirium karena hasilnya bisa keliru.

Gejala Delirium

Delirium menunjukkan gangguan luas dalam aktivitas otak. Itu berarti ada banyak kemungkinan gejala delirium. Gejala delirium juga dapat berbeda dari satu orang ke orang lain serta berfluktuasi. Delirium seringkali membaik di siang hari dan memburuk saat menjelang malam.

Gejala utama delirium adalah kebingungan. Ini berarti seseorang memiliki masalah untuk:

  • Memfokuskan atau mengalihkan perhatian
  • Berpikir dan berkonsentrasi
  • Mengingat fakta, peristiwa, dan orang
  • Tetap sadar terhadap lingkungan sekitar
  • Menjawab dengan benar saat ditanya jam berapa, tanggal dan sedang berada dimana
  • Kesulitan berbicara dengan jelas, menjawab pertanyaan atau memahami apa yang dikatakan orang lain
  • Kesulitan memproses apa yang dilihat, termasuk mengidentifikasi objek atau di mana seseorang berada
  • Merasa lebih emosional, takut atau marah

Penyebab Delirium

Delirium terjadi ketika sinyal di otak tidak dikirim dan diterima dengan baik. Gangguan ini mungkin memiliki satu penyebab atau lebih dari satu penyebab. Misalnya, kondisi medis yang digabungkan dengan efek samping obat dapat menyebabkan delirium. Terkadang tidak ada penyebab yang dapat ditemukan.

Kemungkinan penyebabnya dapat meliputi:

  • Obat-obatan tertentu atau efek samping obat
  • Alkohol atau penggunaan narkoba
  • Kondisi medis seperti stroke, serangan jantung, penyakit paru-paru atau hati yang memburuk, atau cedera akibat jatuh
  • Ketidakseimbangan dalam tubuh, seperti natrium rendah atau kalsium rendah
  • Penyakit yang parah dan berlangsung lama atau penyakit yang akan menyebabkan kematian
  • Demam dan infeksi baru, terutama pada anak-anak
  • Infeksi saluran kemih, pneumonia, flu atau COVID-19, terutama pada orang dewasa yang lebih tua
  • Paparan racun, seperti karbon monoksida, sianida atau racun lainnya
  • Nutrisi yang buruk atau kehilangan terlalu banyak cairan tubuh
  • Kurang tidur atau tekanan emosional yang parah
  • Nyeri

Pembedahan atau prosedur medis lain yang mengharuskan seseorang berada dalam kondisi seperti tidur.

Beberapa obat yang diminum sendiri atau dikombinasikan dapat memicu delirium. Ini termasuk obat-obatan yang mengobati:

  • Nyeri
  • Masalah tidur
  • Gangguan mood, seperti kecemasan dan depresi
  • Alergi
  • Asma
  • Pembengkakan
  • Penyakit Parkinson
  • Spasme atau kejang

Faktor Risiko Delirium

Siapapun bisa terkena delirium, tetapi faktor-faktor berikut membuat seseorang lebih berisiko tinggi mengalami delirium:

  • Demensia, ini adalah faktor risiko tunggal terbesar untuk delirium
  • Berusia di atas 65 tahun
  • Kelemahan
  • Beberapa kondisi medis
  • Pendengaran atau penglihatan yang buruk
  • Minum banyak obat (misalnya, antipsikotik, benzodiazepin, dan antidepresan tertentu)
  • Pernah mengalami delirium di masa lalu.
  • Delirium sering terjadi pada orang tua di rumah sakit, karena mereka tidak sehat atau mungkin telah menjalani operasi.

Komplikasi Delirium

Delirium melibatkan gangguan luas dalam aktivitas otak yang dapat menyebabkan banyak komplikasi. Mulai dari minor dan jangka pendek hingga parah dan permanen. Komplikasi tersebut di antaranya:

  • Demensia baru atau memburuknya demensia yang ada
  • Jatuh dan cedera traumatis
  • Masalah fungsi otak jangka panjang atau permanen (gangguan kognitif)
  • Ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri, menyebabkan hilangnya kemandirian
  • Depresi, gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan kondisi kesehatan mental lainnya
  • Kehilangan kemampuan fisik

Orang dengan penyakit serius, jangka panjang, atau penyakit mematikan lainnya mungkin tidak dapat mendapatkan kembali keterampilan atau fungsi berpikir yang mereka miliki sebelum timbulnya delirium. Delirium pada orang yang sakit parah lebih cenderung menyebabkan:

  • Penurunan kesehatan secara umum
  • Pemulihan yang buruk dari operasi
  • Kebutuhan akan perawatan jangka panjang
  • Peningkatan risiko kematian.

Diagnosis Delirium

Penyedia layanan kesehatan mendiagnosis delirium berdasarkan kombinasi metode ini, termasuk:

  • Pemeriksaan fisik
  • Pemeriksaan neurologis
  • Mengamati perilaku dan gejala apa pun yang ditunjukkan
  • Berbicara dengan pasien dan mengajukan pertanyaan
  • Tinjauan riwayat kesehatan
  • Pengujian laboratorium

Pengobatan Delirium

Delirium diobati terlebih dahulu dengan mengatasi masalah medis yang menyebabkannya. Misalnya, jika orang tersebut memiliki oksigen darah yang rendah atau kadar gula darah yang rendah. Jika orang tersebut mengalami infeksi, mereka mungkin akan diberikan antibiotik.

Dokter juga akan meninjau pengobatan orang tersebut dan mengentikan obat yang non-esensial yang mungkin terkait dengan delirium.

Delirium biasanya akan membaik jika penyebabnya ditemukan dan diobati. Lingkungan yang mendukung dan tenang juga dapat membantu seseorang pulih dari delirium. Perawat, keluarga, serta teman-teman dapat membantu pasien delirium dengan:

  • Berbicara dengan tenang kepada orang tersebut dalam kalimat pendek yang jelas, meyakinkan mereka tentang di mana mereka berada
  • Membawa benda-benda dari rumah, seperti foto
  • Memastikan bahwa semua alat bantu dengar dan kacamata bersih dan berfungsi dan orang tersebut memakainya
  • Menyiapkan jam dan kalender 24 jam yang dapat dilihat orang tersebut dengan jelas
  • Membantu orang mengembangkan rutinitas tidur yang baik, termasuk mengurangi kebisingan dan meredupkan lampu di malam hari
  • Meyakinkan orang tersebut jika mereka memiliki delusi
  • Mendukung orang tersebut untuk aktif, seperti duduk atau bangun dari tempat tidur, sesegera mungkin
  • Membantu orang untuk makan dan minum secara teratur
  • Tidak memindahkan orang yang tidak perlu, seperti ke rumah sakit jika delirium ditangani di rumah

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kerabat, teman, atau seseorang dalam perawatan menunjukkan gejala delirium, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan mengenai gejala yang terlihat dan kebiasaan normal yang biasanya dilakukan. Ini dapat membantu penyedia layanan menemukan penyebab gangguan tersebut.

Jika melihat gejala pada seseorang di rumah sakit atau panti jompo, laporan kekhawatiran tersebut kepada staf perawat atau penyedia layanan kesehatan. Orang tua yang berada di rumah sakit atau tinggal di pusat perawatan jangka panjang berisiko mengalami delirium.

Simak Video "Video: Pentingnya Peduli dengan Kesehatan Mental Diri Sendiri"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Berita Terkait