Apa Itu Depresi?
Depresi adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat yang terus-menerus pada hal-hal dan aktivitas yang biasanya dinikmati. Depresi juga menyebabkan kesulitan berpikir, mengingat, makan, dan tidur.
Merasa sedih atau berduka atas situasi kehidupan yang sulit, seperti kehilangan pekerjaan atau perceraian adalah hal yang wajar. Akan tetapi, depresi berbeda karena terus berlanjut hampir setiap hari selama setidaknya dua minggu dan melibatkan gejala lain selain kesedihan saja.
Setidaknya terdapat lima bentuk depresi, di antaranya:
1. Depresi klinis (gangguan depresi mayor)
Gangguan depresi mayor berarti seseorang merasa sedih atau tidak berharga hampir setiap hari selama setidaknya dua minggu. Selama mengalami hal ini, bisa pula seseorang merasakan masalah tidur dan kehilangan minat dalam aktivitas atau perubahan nafsu makan.
Ini adalah bentuk depresi yang paling parah dan salah satu bentuk yang paling umum.
2. Gangguan depresi persisten (PDD)
Gangguan depresi persisten adalah depresi ringan atau sedang yang berlangsung setidaknya selama dua tahun. Gejalanya tidak separah gangguan depresi mayor. Penyedia layanan kesehatan biasa menyebutnya PDD dysthymia.
3. Disruptive mood dysregulation disorder (DMDD)
DMDD menyebabkan iritabilitas yang kronis dan intens serta ledakan kemarahan yang sering terjadi pada anak-anak. Gejala biasanya dimulai pada usia 10 tahun.
4. Gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD)
Dengan PMDD, seseorang memiliki gejala sindrom pramenstruasi (PMS) bersama dengan gejala suasana hati, seperti lekas marah, kecemasan, atau depresi yang ekstrem. Gejala-gejala ini membaik dalam beberapa hari setelah menstruasi dimulai, tetapi bisa cukup parah untuk mengganggu hidup.
5. Gangguan depresi akibat kondisi medis lain
Banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan perubahan pada tubuh yang menyebabkan depresi. Contohnya termasuk hipotiroidisme, penyakit jantung, penyakit Parkinson, dan kanker. Jika seseorang dapat mengobati kondisi yang mendasarinya, depresi biasanya juga akan membaik.
Gejala Depresi
Gejala depresi dapat sedikit berbeda tergantung pada jenisnya dan dapat berkisar dari ringan hingga berat. Secara umum, gejalanya meliputi:
- Merasa sangat sedih, putus asa atau khawatir. Anak-anak dan remaja dengan depresi mungkin lebih mudah tersinggung daripada sedih
- Tidak menikmati hal-hal yang dulu mendatangkan kegembiraan
- Menjadi mudah tersinggung atau frustrasi
- Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan atau penurunan berat badan
- Sulit tidur (insomnia) atau terlalu banyak tidur (hypersomnia)
- Memiliki energi rendah atau kelelahan
- Memiliki waktu yang sulit berkonsentrasi, membuat keputusan atau mengingat sesuatu
- Mengalami masalah fisik seperti sakit kepala, sakit perut atau disfungsi seksual
- Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
Penyebab Depresi
Dunia medis masih belum menemukan penyebab depresi. Ada banyak kemungkinan penyebab dan terkadang memiliki faktor gabungan yang kemudian memicu gejala.
Faktor-faktor yang kemungkinan berperan termasuk:
- Faktor genetik
- Perubahan tingkat neurotransmitter otak
- Faktor lingkungan seperti paparan trauma atau kurangnya dukungan sosial
- Faktor psikologis dan sosial
- Kondisi tambahan, seperti gangguan bipolar
Interaksi antara berbagai faktor dapat meningkatkan risiko depresi. Misalnya, seseorang dengan riwayat keluarga atau risiko genetik depresi mungkin mengalami gejala depresi setelah peristiwa traumatis.
Faktor Risiko Depresi
Depresi dapat terjadi pada pria dan wanita dari segala usia. Depresi mempengaruhi orang-orang di semua kelompok etnis dan latar belakang sosial ekonomi.
Ada beberapa faktor risiko depresi. Tetapi memiliki satu atau lebih faktor risiko tidak berarti seseorang akan mengalami depresi. Faktor risiko meliputi:
- Trauma masa kecil atau remaja
- Ketidakmampuan untuk mengatasi peristiwa hidup yang menghancurkan, seperti kematian anak atau pasangan, atau situasi apa pun yang menyebabkan rasa sakit yang luar biasa
- Rendah diri
- Riwayat keluarga penyakit mental, termasuk gangguan bipolar atau depresi
- Riwayat penyalahgunaan zat, termasuk obat-obatan dan alkohol
- Kurangnya penerimaan keluarga atau komunitas untuk mengidentifikasi diri sebagai lesbian, gay, biseksual, atau transgender (LGBT).
- Kesulitan menyesuaikan diri dengan kondisi medis, seperti kanker, stroke, nyeri kronis, atau penyakit jantung
- Kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan tubuh karena cedera katastropik, seperti kehilangan anggota tubuh, atau kelumpuhan
- Riwayat gangguan kesehatan mental sebelumnya, termasuk anoreksia, bulimia, gangguan stress pasca trauma (PTSD), atau gangguan kecemasan
- Kurangnya support system, seperti teman, keluarga, atau rekan kerja
Depresi juga merupakan kemungkinan efek samping dari beberapa obat. Jika khawatir obat yang diminum mempengaruhi suasana hati, diskusikan dengan dokter. Beberapa obat yang dapat menyebabkan depresi meliputi:
- Beta-blocker
- Kortikosteroid
- Obat hormonal
- Statin, yaitu obat yang digunakan untuk mengobati kolesterol tinggi
Komplikasi Depresi
Depresi adalah gangguan serius yang dapat merugikan seseorang dan keluarga. Depresi seringkali menjadi lebih buruk jika tidak diobati, mengakibatkan masalah emosional, perilaku, dan kesehatan yang mempengaruhi setiap area kehidupan.
Contoh komplikasi yang terkait dengan depresi meliputi:
- Kelebihan berat badan atau obesitas, yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan diabetes
- Sakit atau penyakit fisik
- Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
- Kecemasan, gangguan panik atau fobia sosial
- Konflik keluarga, kesulitan hubungan, dan masalah pekerjaan atau sekolah
- Isolasi sosial
- Perasaan ingin bunuh diri, upaya bunuh diri atau bunuh diri
- Menyakiti diri sendiri
- Kematian dini akibat kondisi medis
Diagnosis Depresi
Dokter mungkin menentukan diagnosis depresi berdasarkan:
1. Pemeriksaan fisik
Dokter mungkin melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan tentang kesehatan. Dalam beberapa kasus, depresi mungkin terkait dengan masalah kesehatan fisik yang mendasarinya.
2. Tes laboratorium
Misalnya, dokter mungkin melakukan tes darah yang disebut hitung darah lengkap atau tes tiroid untuk memastikannya berfungsi dengan baik.
3. Evaluasi psikiatri
Ahli kesehatan mental mungkin bertanya tentang gejala, pikiran, perasaan, dan pola perilaku. Seseorang mungkin diminta untuk mengisi kuesioner untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
4. DSM-5
Ahli kesehatan mental mungkin menggunakan kriteria depresi yang tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5).
Pengobatan Depresi
Depresi adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang bisa diobati. Kira-kira 80 persen sampai 90 persen orang dengan depresi yang mencari pengobatan akhirnya merespon pengobatan dengan baik.
Pilihan pengobatan meliputi:
1. Psikoterapi
Psikoterapi (terapi bicara) melibatkan berbicara dengan profesional kesehatan mental. Terapis akan membantu seseorang mengidentifikasi dan mengubah emosi, pikiran, dan perilaku yang tidak sehat.
Ada banyak jenis psikoterapi, yang paling umum adalah terapi perilaku kognitif (CBT). Terkadang, seseorang membutuhkan terapi singkat. Namun, ada pula yang melanjutkan terapi selama beberapa bulan atau tahun.
2. Obat
Obat resep yang disebut antidepresan dapat membantu mengubah kimiawi otak yang menyebabkan depresi. Ada beberapa jenis antidepresan, dan mungkin perlu waktu untuk menemukan yang terbaik.
Beberapa antidepresan memiliki efek samping yang seringkali membaik seiring berjalannya waktu. Jika tidak, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan. Obat lain mungkin bekerja lebih baik.
3. Pengobatan komplementer
Orang dengan depresi ringan atau gejala berkelanjutan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dengan terapi seperti akupunktur, pijat, hipnosis, dan biofeedback.
4. Terapi stimulasi otak
Terapi stimulasi otak dapat membantu seseorang yang mengalami depresi berat atau depresi dengan psikosis. Jenis terapi stimulasi otak meliputi terapi elektrokonvulsif (ECT), stimulasi magnetik transkranial (TMS), dan stimulasi saraf vagus (VN).
Kapan Harus ke Dokter?
Jika seseorang merasa depresi, buatlah janji bertemu dengan dokter atau psikolog sesegera mungkin. Jika enggan mencari pengobatan, bicaralah dengan teman atau orang terdekat, pemimpin agama, atau orang lain yang dipercaya.
Simak Video "Video: Bumil Rentan Alami Depresi, Pakar Ungkap Penyebabnya"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)











































