Pengertian Difteri
Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri bernama Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini melepaskan racun yang menyebabkan penumpukan jaringan abu-abu yang umumnya terbentuk di area hidung, tenggorokan, lidah dan saluran udara di tenggorokan sehingga membuat sulit untuk menelan dan bernapas.
Penyakit ini dapat disebarkan melalui batuk, bersin, atau luka terbuka. Dalam beberapa kasus, bakteri penyebab difteri dapat merusak organ lain, termasuk jantung, otak, dan ginjal, sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Difteri tergolong penyakit menular berbahaya dan berisiko mengancam jiwa. Jika tidak ditangani, bakteri penyebab difteri dapat mengeluarkan racun yang merusak jantung, ginjal, atau otak.
Ada dua jenis utama difteri, yakni:
1. Difteri pernapasan klasik
Jenis difteri ini merupakan yang paling umum. Difteri pernapasan klasik dapat mempengaruhi hidung, tenggorokan, amandel, atau laring (kotak suara). Gejala dapat bervariasi tergantung di mana membran yang terkena berada. Beberapa orang menyebut kondisi ini sebagai difteri faring (difteri tenggorokan).
2. Difteri kulit
Jenis difteri ini adalah yang paling langka. Difteri kulit ditandai dengan ruam kulit, luka atau lecet, yang dapat muncul di mana saja di tubuh. Difteri kulit lebih sering terjadi di iklim tropis atau tempat ramai di mana orang hidup dalam kondisi tidak sehat.
Gejala Difteri
Gejala umum difteri meliputi:
- Sakit tenggorokan
- Kelemahan atau kelelahan
- Demam
- Kelenjar leher bengkak
- Masalah pernapasan karena jaringan menghalangi hidung dan tenggorokan
- Kesulitan menelan (disfagia)
- Masalah saraf, ginjal atau jantung (jika bakteri memasuki aliran darah)
Orang yang terinfeksi biasanya menunjukkan tanda-tanda difteri sekitar dua hingga lima hari setelah terpapar. Lamanya waktu munculnya gejala bisa berkisar antara satu hingga 10 hari setelah terpapar.
Penyebab Difteri
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri biasanya berkembang biak di/atau dekat permukaan tenggorokan atau kulit. C diphtheriae menyebar melalui:
1. Tetesan udara
Saat bersin atau batuk orang yang terinfeksi mengeluarkan kabut tetesan yang terkontaminasi, orang di sekitarnya dapat menghirup C diphtheriae. Difteri mudah menyebar dengan cara ini, terutama dalam kondisi ramai.
2. Barang-barang pribadi atau rumah tangga yang terkontaminasi
Orang terkadang tertular difteri karena memegang barang-barang orang yang terinfeksi, seperti tisu bekas atau handuk tangan, yang mungkin terkontaminasi bakteri.
Menyentuh luka yang terinfeksi juga dapat mentransfer bakteri penyebab difteri. Orang yang telah terinfeksi oleh bakteri difteri dan belum diobati dapat menularkan kepada orang yang belum mendapatkan vaksin difteri bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apapun.
Faktor Risiko Difteri
Siapa pun yang tidak terlindungi oleh vaksin dan melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi dapat terkena difteri. Kelompok orang berikut lebih berisiko tinggi terkena difteri:
- Anak-anak dan orang dewasa yang tidak memiliki vaksinasi terkini
- Orang yang hidup dalam kondisi padat atau tidak sehat
- Siapa pun yang bepergian ke daerah di mana infeksi difteri lebih sering terjadi
Komplikasi Difteri
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
1. Masalah pernapasan
Bakteri penyebab difteri dapat menghasilkan racun. Racun ini merusak jaringan di area yang terinfeksi, biasanya hidung dan tenggorokan. Di tempat itu, infeksi akan menghasilkan selaput abu-abu yang keras yang terdiri dari sel-sel mati, bakteri, dan zat lainnya. Selaput ini dapat menghalangi pernapasan.
2. Kerusakan jantung
Toksin difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain di dalam tubuh. Misalnya dapat merusak otot jantung sehingga menimbulkan komplikasi seperti radang otot jantung (miokarditis).
3. Kerusakan jantung akibat miokarditis mungkin ringan atau parah
Yang terburuk, miokarditis dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak.
4. Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf. Target umumnya adalah saraf ke tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Saraf ke lengan dan kaki juga bisa meradang, menyebabkan kelemahan otot.
Jika toksin difteri merusak saraf yang membantu mengendalikan otot yang digunakan untuk bernapas, otot ini bisa menjadi lumpuh. Jika ini terjadi, seseorang mungkin memerlukan bantuan mekanis untuk bernapas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri selamat dari komplikasi ini, namun pemulihan seringkali lambat. Difteri berakibat fatal sekitar 5% sampai 10% dari waktu. Tingkat kematian lebih tinggi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun atau orang dewasa di atas usia 40 tahun.
Diagnosis Difteri
Dokter mungkin akan mencurigai difteri pada anak-anak yang mengalami sakit tenggorokan dengan selaput abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan. Jika dicurigai ada pertumbuhan C. diphteriae, dokter akan melakukan swab untuk menjadi sampel. Sampel ini kemudian akan diteliti di laboratorium.
Pengobatan Difteri
Dokter pertama-tama memastikan bahwa jalan napas tidak tersumbat atau berkurang. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin perlu memasang selang pernapasan di tenggorokan agar saluran napas tetap terbuka sampai peradangan saluran napas berkurang. Perawatan meliputi:
1. Antibiotik
Antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin, membantu membunuh bakteri di dalam tubuh, membersihkan infeksi. Antibiotik mengurangi waktu seseorang dengan difteri menular.
2. Antitoksin
Jika dokter mencurigai difteri, dia akan meminta obat yang menangkal racun difteri dalam tubuh. Disebut antitoksin, obat ini disuntikkan ke pembuluh darah atau otot.
Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin akan melakukan tes alergi kulit. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin.
Jika seseorang memiliki alergi, dokter kemungkinan besar akan merekomendasikan agar dia tidak mendapatkan antitoksin.
Anak-anak dan orang dewasa yang menderita difteri seringkali perlu dirawat di rumah sakit. Mereka mungkin diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar dengan mudah ke siapa saja yang tidak divaksinasi penyakit tersebut.
Kapan Harus ke Dokter?
Hubungi penyedia layanan kesehatan segera jika ada anggota keluarga terpapar difteri. Jika seseorang tidak yakin apakah mereka telah divaksinasi difteri, segera pergi ke dokter.
Simak Video "Video: BPOM Temukan 17% MBG Terkontaminasi Bakteri Ini"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)











































