Perjalanan ke Luar Angkasa Dapat Sebabkan Gangguan Penglihatan

Perjalanan ke Luar Angkasa Dapat Sebabkan Gangguan Penglihatan

- detikHealth
Rabu, 09 Nov 2011 16:01 WIB
Perjalanan ke Luar Angkasa Dapat Sebabkan Gangguan Penglihatan
Jakarta - Astronot yang selama bertahun-tahun berada di luar angkasa dapat terkena microgravity yang dapat menyebabkan penglihatan kabur. Astronot yang menghabiskan 6 bulan atau lebih di luar angkasa dapat mengalami perubahan struktur mata sehingga penglihatannya menjadi kabur.

Peneliti dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) menemukan bahwa perubahan tersebut mungkin merupakan hasil dari kontak yang terlalu lama dengan microgravity. Microgravity mempengaruhi astronot saat melakukan perjalanan ke luar angkasa.

Seseorang yang berusia di atas usia 40 tahun, lensa matanya mungkin telah kehilangan beberapa kemampuan untuk mengubah fokus. Pada hari-hari awal perjalanan ke luar angkasa, sebagian astronot muda masih memiliki penglihatan yang sangat baik. Namun ketika astronot berusia lebih dari 40 tahun mungkin akan mulai mengalami gangguan penglihatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal tersebut mungkin menjadi salah satu alasan mengapa astronot dengan usia lebih dari 40 tahun mulai mengalami gangguan penglihatan. Namun para peneliti juga menduga banyak dari astronot yang berusia lebih muda juga mungkin untuk mengalami gangguan penglihatan," kata Dr. Thomas Mader, seorang ahli optalmologi dari Alaska Native Medical Center, dalam sebuah rilis berita jurnal seperti dilansir dari MSNHealth, Rabu (9/11/2011).

Para peneliti telah memeriksa 7 astronot yang kesemuanya berusia sekitar 50 tahun. Para astronot tersebut telah menghabiskan setidaknya 6 bulan terus menerus di luar angkasa.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa, 7 astronot yang diperiksa telah mengalami gangguan penglihatan sehingga penglihatannya menjadi kabur ketika di stasiun luar angkasa.

Perubahan dalam penglihatan para astronot mulai sekitar 6 minggu seama di luar angkasa secara terus menerus dan berlanjut setelah mereka kembali ke Bumi. Penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam journal Ophthalmology edisi bulan Oktober 2011.

Para peneliti juga menemukan para astronot juga memiliki setidaknya satu perubahan dalam jaringan, cairan, saraf, dan struktur lain pada mata mereka. Namun, tidak satupun dari para astronot yang memiliki gejala yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, yaitu sakit kepala kronis, penglihatan ganda, dan dering atau kebisingan pada telinga.

Para peneliti menyimpulkan bahwa, perubahan dalam penglihatan para astronot terkait dengan microgravity.

Gravitasi adalah kekuatan yang mengatur gerak seluruh alam semesta. Kondisi gravitasi datang ketika sebuah benda jatuh bebas. Hal tersebut mempunyai arti bahwa, jatuh lebih cepat dan lebih cepat, mempercepat terjadinya percepatan karena gravitasi (1g).

Segera setelah seseorang menjatuhkan suatu benda, maka benda tersebut akan dalam keadaan jatuh bebas. Prinsip yang sama berlaku untuk pesawat ruang angkasa atau stasiun ruang angkasa.

Sementara benda-benda di dalamnya, termasuk para astronot tampak mengambang dan bergerak. Mereka benar-benar melaju dengan kecepatan orbit yang sama dengan pesawat ruang angkasa, meskipun mereka memiliki massa yang berbeda.

Para penulis penelitian mencatat seberapa parah microgravity mempengaruhi penglihatan yang bervariasi dari masing-masing. Para peneliti juga mengatakan bahwa, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami secara rinci mengenai hal tersebut.

NASA telah mengakui gangguan penglihatan yang dialami oleh kalangan astronot pada perjalanan jangka panjang. Dan saat ini telah disediakan kacamata antisipasi ruang untuk meningkatkan penglihatan bagi para astronot. Astronot juga menjalani pemeriksaan mata dan pengujian penglihatan yang komprehensif.



(ir/ir)

Berita Terkait