Setidaknya fakta itulah yang terungkap sebuah penelitian di Journal of Epidemiology and Community Health. Makin sering diajak orangtuanya pindah rumah, makin besar risikonya anak-anak tersebut menjadi gampang terkena penyakit ketika tumbuh dewasa.
Penelitian yang dilakukan di Skotlandia itu melibatkan 850 orang berusia 15, 35 dan 55 tahun pada periode 1987-1988. Rekam medis para partisipan diamati selama lebih dari 20 tahun, sedangkan riwayat pindah rumah dipantau berdasarkan kode pos yang terdaftar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada orang dewasa, peneliti tidak menemukan hubungan antara frekuensi pindah alamat dengan status kesehatan seseroang. Namun pada anak-anak, efek dari sering pindah alamat muncul saat tumbuh dewasa yakni menjadi lebih sering terkena penyakit.
Para peneliti menduga, pindah alamat pada kebanyakan anak-anak secara psikologis bisa memicu distres atau stres yang sifatnya negatif. Faktor stres secara psikologis ini lama kelamaan berdampak pula pada kesehatan fisik, yakni daya tahan menurun.
Menurut para peneliti, efek yang sama juga dialami oleh anak-anak yang sering pindah sekolah. Namun seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Selasa (7/2/2012), efek pindah rumah tidak terkait dengan risiko penyalahgunaan obat terlarang seperti halnya pada anak yang sering pindah sekolah.











































