Iklan Makanan Anak Perlu Diperketat untuk Cegah Obesitas

Iklan Makanan Anak Perlu Diperketat untuk Cegah Obesitas

- detikHealth
Jumat, 09 Mar 2012 14:29 WIB
Iklan Makanan Anak Perlu Diperketat untuk Cegah Obesitas
(foto: Thinkstock)
Jakarta - Makanan dapat menjadi candu seperti halnya rokok. Namun kebanyakan orang tidak menganggapnya sebagai hal yang berbahaya karena risiko kesehatannya tak semencolok nikotin. Padahal, pola makan yang tak terkendali dapat memicu obesitas yang berisiko memicu munculnya berbagai masalah kesehatan seperti kolesterol, stroke dan diabetes.

Beberapa negara maju seperti di Prancis, Inggris dan Amerika Serikat telah mulai menerapkan program untuk memerangi obesitas sejak dini dengan melakukan pelarangan iklan junk food untuk anak-anak.

Menurut penelitian yang dilakukan WHO, angka obesitas mulai mengalami kenaikan drastis sejak tahun 1980 - 1985. Kenaikan ini ditengarai akibat makin gencarnya promosi produk-produk makanan junk food seperti burger dan pizza. Promosi makanan-makanan tak sehat seperti junk food, pizza dan soda memang erat dengan gaya hidup ala barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk menekan angka obesitas, negara-negara maju mulai menerapkan larangan untuk menayangkan iklan-iklan produk makanan junk food untuk anak-anak, terutama ketika masa liburan. Selain itu, kantin-kantin di sekolah juga diharuskan untuk menyediakan makanan sehat dan tidak diperbolehkan menjual makanan junk food yang banyak mengandung lemak," kata Prof W. Philip T. James, M.D., Ph.D, profesor nutrisi di London School of Hygiene yang juga merupakan Ketua International Association for Study of Obesity dan anggota dewan penasihat nutrisi PBB (FAO dan WHO) dakam acar Nutritalk Sari Husada di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakrata, Jumat (9/3/2012).

Di Inggris bahkan sudah mulai menerapkan traffic lighting labelling, yaitu standar produk makanan yang dijual di supermarket. Tujuannya adalah menyediakan informasi bagi konsumen, manakah makanan yang mengandung banyak lemak dan manakah makanan yang sehat untuk dikonsumsi.

Perbedaannya, Indonesia sedang berada dalam masa transisi dari negara agraris menjadi negara industri. Maka, jumlah anak-anak yang mengalami obesitas memang tak sebanyak di negara-negara maju. Di Indonesia,anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan adalah anak-anak dari keluarga mampu yang menganggap makanan junk food adalah makanan yang mahal dan berkelas. Padahal, di negara-negara maju sendiri telah mulai meninggalkan produk ini dan beralih ke makanan tradisional dan sayur-sayuran.

"Contoh paling baik dalam memerangi obesitas lewat mengubah pola makan adalah Chile. Di sana, makanan yang diproduksi kebanyakan berasal dari pertanian lokal yang lebih sehat. Karena diproduksi oleh petani lokal, maka perekonomian petani juga ikut meningkat," kata Prof James.

Pof James menuturkan bahwa pihaknya sedang berupaya untuk membujuk pemerintah Indonesia agar memperketat aturan mengenai iklan makanan untuk anak-anak, terutama makanan yang kurang sehat. Karena angka obesitas di Indonesia belum terlalu tinggi, Prof James berharap angka obesitas di Indonesia tidak sampai menyaingi negara-negara maju.



(pah/ir)

Berita Terkait