Sebuah penelitian yang dilakukan pakar biologi University of Notre Dame menemukan bahwa babon jantan yang disegani lebih cepat pulih dari cedera dan lebih jarang sakit dibandingkan pejantan lain. Penelitian yang diterbitkan dalam Proceeding National Academy of Sciences ini memeriksa catatan kesehatan dari Proyek Penelitian Baboon Amboseli di Kenya.
Temuan menunjukkan bahwa babon 'kelas atas' atau yang disegani oleh babon lain lebih cepat pulih dari luka. Peneliti menyimpulkan bahwa kelas atau status sosial merupakan prediktor usia dan proses penyembuhan yang paling baik. Namun temuan ini sedikit mengherankan karena pejantan yang disegani juga memiliki tingkat stres yang lebih tinggi. Padahal stres diketahui berakibat buruk bagi sistem kekebalan tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesimpulan tersebut diambil setelah mengamati data penyakit dan cedera yang dialami para babon di Amboseli, Kenya selama 27 tahun. Peneliti mengamati bahwa perbedaan usia, kondisi fisik, stres, upaya reproduksi dan kadar testosteron mempengaruhi status sosial yang berhubungan dengan perbedaan sistem kekebalan tubuh.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tingginya kadar testosteron dan upaya untuk bereproduksi secara intens dapat menekan fungsi kekebalan tubuh laki-laki. Namun penelitian baru ini justru menemukan sebaliknya.
Para peneliti menegaskan bahwa pejantan dengan status sosial yang rendah lebih banyak memiliki stres kronis, berusia tua dan buruk kondisi fisiknya sehingga dapat menekan fungsi kekebalan tubuh.
"Penelitian ini memperlihatkan pengaruh status sosial pada primata, termasuk manusia. Hasilnya dapat memberikan pemahaman lebih atas efek status sosial berkaitan dengan kematian dan penyakit, namun belum tentu dapat disamaratakan pada masyarakat secara keseluruhan," kata Carolyn Ehardt, direktur program antropologi biologis National Science Foundation (NSF) yang mendanai penelitian.











































