Beberapa orang psikolog dan pakar kejiwaan bahkan meyakini bahwa orang yang tidak punya akun situs jejaring sosial bisa dipertimbangkan sebagai orang yang berbahaya. Sebuah majalah dari Jerman bernama Der Taggspiegel mengemukakan bahwa para pembantai massal seperti James Holmes 'The Joker' dan Anders Behring Breivik memiliki satu kesamaan, yaitu tidak memiliki akun Facebook.
James Holmes merupakan pelaku penembakan yang menewaskan belasan orang dan melukai puluhan orang di bioskop Aurora, Colorado, AS, saat pemutaran film perdana Batman. Sedangkan Anders Behring Breivik melakukan pengeboman di kantor Perdana Menteri di Oslo, Norwegia serta pembantaian di Pulau Utoya hingga menewaskan lebih dari 80 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Majalah Forbes juga melaporkan bahwa divisi HRD perusahaan saat ini sudah mulai curiga terhadap calon pegawai yang tidak memiliki profil Facebook. Yang menjadi kekhawatiran perusahaan adalah bisa jadi calon pegawai yang tidak memiliki akun Facebook telah mendapat banyak peringatan sampai-sampai profilnya dihapus.
Hal ini seolah menegaskan bahwa situs jaringan sosial telah menguasai kehidupan manusia sedemikian rupa sampai-sampai orang yang tak punya akun Facebook dianggap tidak 'normal'. Bahkan Emily Yoffee, kolumnis tekenal di AS menyarankan para remaja untuk tidak berpacaran dengan orang yang tak memiliki akun social media.
"Untuk orang dengan usia tertentu yang akan bertemu seseorang untuk dikencani, dan orang tersebut tidak memiliki akun Facebook, maka bisa jadi orang tersebut hanya menggunakan nama palsu. Ini bisa menjadi semacam peringatan," kata Yofee seperti dilansir Daily Mail, Jumat (10/8/2012).
Namun, pandangan ini tidak dapat digeneralisasikan untuk menilai generasi tua, terutama kepada orang yang telah menunjukkan kemampuannya sebagai orang dewasa yang produktif sebelum situs jejaring sosial mewabah.
Seorang psikolog bernama Christopher Moeller mengatakan bahwa penggunaan Facebook telah dikaitkan dengan kehidupan sosial yang sehat. Para pembunuh massal banyak yang tidak memiliki teman dan jauh dari situs jejaring sosial sehingga memperkuat argumen bahwa orang yang tidak berinteraksi lewat situs jejaring sosial mungkin dianggap tidak 'normal' atau bahkan berbahaya.
(pah/ir)











































