"Kalau murni prematur kita bisa berikan penanganan yang lebih baik melalui metode kanguru, yaitu dengan meniru alam," ujar dr Rinawati Rohsiswanto, SpA(K) dari Departemen Kesehatan Anak FKUI/RSCM disela-sela acara training Pencerah Nusantara di RSCM, Jakarta, Jumat (21/9/2012).
Metode kanguru ini adalah perawatan bayi yang baru lahir dengan melekatkan di dada ibunya (kontak kulit) sehingga suhu bayi tetap hangat dan tetap dekat dengan ibunya. Hal ini karena bayi yang baru lahir perlu adaptasi dengan lingkungan luar rahim, dan pada bayi prematur hal ini lebih berat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak studi yang menunjukkan efektivitas dari metode ini, kita memang belum ada penelitian jangka panjang tapi kalau jangka pendek itu banyak studinya," ungkapnya.
dr Rina menuturkan studi di Indonesia ini melihat bagaimana bayi ini mengalami pertumbuhan yang lebih bagus, kecepatan naik berat badannya bagus, suhu tubuh lebih stabil, tanda vital seperti detak jantung stabil serta lebih cepat pulang dari rumah sakit ketika diberikan metode kanguru.
Meski begitu tidak semua bayi bisa diberikan penanganan metode kanguru ini, karena ada kondisi syarat tertentu yaitu:
1. Bayi lahir prematur, karena jika bayi lahir cukup bulan kadang suka tidak mau. Dalam metode ini terjadi sentuhan langsung antara kulit bayi dan ibunya, kalau bayi sudah cukup bulan dan besar maka ia akan menendang, sedang kalau bayi prematur ia merasa nyaman.
"Kalau bayinya dikanguru terus dan tiba-tiba nggak mau berarti dia sudah gede. Tentunya ini bermanfaat untuk bayi yang kecil banget, kalau bayi beratnya 1.000-1.200 gram ia pasti suka," ujar dr Rina.
2. Bayinya harus sudah dalam kondisi stabil, dalam arti bayi tidak boleh mengalami sesak napas, berdarah-darah atau tubuhnya biru. Untuk itu bayi harus stabil, sehat dan jangan sakit.
Boleh tidaknya bayi diberikan metode kanguru ini ditentukan oleh tenaga kesehatan. Jika ada gangguan pada bayi harus ditangani dulu dan secepat mungkin dikembalikan ke ibunya, sehingga bayi merasa aman dan tidak merasa ditinggalkan, serta ibunya lebih termotivasi untuk menyusui atau memebrikan ASI.
dr Rina menjelaskan secara global diperkirakan 7-9 persen kehamilan itu berpotensi melahirkan bayi secara prematur. Meski kehamilan sudah direncanakan kondisi ini tetap mungkin terjadi karena seperti sudah takdir.
"Untuk di Indonesia mungkin lebih tinggi tapi tidak tahu persis, kalau kita hitung kasar diperkirakan ada 500 ribu bayi lahir prematur setiap tahun. Kalaupun bayi lahir prematur tapi tidak jelek-jelek amat, cuma prematur saja," ujar dr Rina.
Sebenarnya bayi yang lahir prematur bisa disingkirkan kondisi lainnya. Misalnya infeksi bisa disingkirkan dengan pengawasan yang benar, untuk gagal napas jika ditemukan saat pemeriksaan hamil bisa diberikan obat untuk menguatkan paru-parunya, asalkan ibunya melakukan antenatal care dengan benar.
(ver/ir)











































