dr AA Dwi Wulantari saat ini menjabat sebagai Kepala UPT Puskesmas Kintamani I, Bangli, Bali. Namun jabatan itu ditinggalkannya sementara waktu demi mengikuti program 'Pencerah Nusantara'.
"Saya nggak suka yang monoton, saya orangnya dinamis. Saya pergi juga harus izin Bupati dan dilepas dengan syarat harus kembali ke Bangli dengan membawa ilmu yang didapat," ujar dr AA Dwi Wulantari, disela-sela acara diskusi dan konsultasi di Kantor Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Milenium Development Goals (KUKPRI-MDGs), Jakarta, Kamis (25/10/2012).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para peserta pilihan ini terdiri dari 8 dokter umum, 6 bidan, 7 perawat dan 11 pemerhati kesehatan. Usianya belum melebihi 30 tahun dan belum lebih dari 5 tahun lulus universitas, namun punya kepedulian dan komitmen untuk membaktikan ilmunya di daerah.
Dari Pencerah Nusantara, wanita yang akrab disapa Gung Wik ini ditempatkan di Kecamatan Lindu, daerah pemekaran di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Sebenarnya Gung Wik sendiri pernah 2 tahun menjalani program Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan menjadi dokter di daerah pedalaman saat bertugas di Puskesmas Kintamani, di desa Subaya Bawah. Namun wanita yang tidak suka pekerjaan monoton ini mengaku ada perbedaan antara program PTT dan Pencerah Nusantara.
"Kalau PTT kita terjun dengan program pemerintah, tapi tidak dibekali apa-apa. Jadi mendaftar, dapat daerah penempatan, diantar sampai kabupaten dan dilepas. Kita juga sendirian. Sedangkan Pencerah Nusantara kita mendaftar sendiri secara online, diseleksi dan diberi berbagai pembekalan, baik medis dan non-medis," jelas Gung Wik, lulusan Fakultas Kedokteran Udayana, Bali, tahun 2008.
Perbedaan lainnya, lanjut Gung Wik, dokter PTT kebanyakan sifatnya hanya kuratif yaitu menunggu pasien datang berobat. Sedangkan Pencerah Nusantara dibekali untuk dapat berbaur dengan masyarakat, tidak hanya sebagai tenaga kesehatan tetapi juga membantu meningkatkan ekonomi dan pembangunan masyarakat setempat.
"Saya Kepala Puskesmas dan untuk menerapkan itu ke staf Puskesmas pun sulit karena mindset-nya semakin banyak orang yang sakit pelayanannya semakin banyak," jelasnya.
(mer/nvt)











































