"Spa itu untuk rileksasi oke saja. Lagipula saat spa kita bisa dapat aromaterapi, penghangatan badan. Tapi spa tidak bisa treat ibu hamil yang mengeluhkan sakit di pinggang misalnya. Maka itu ketika ada keluhan sakit atau nyeri, ibu hamil datang ke fisioterapis," terang fisioterapis RSIA Bunda Jakarta, Nurmala Dwi Astuti, AMd FT, saat berbincang dengan detikHealth, Rabu (14/11/2012).
Tini, seorang perempuan yang belum lama melahirkan mengaku kerap datang ke salon spa saat hamil. Bekerja dengan perut membuncit terkadang membuatnya penah dan mudah lelah. Nah, di salon itulah relaksasi didapatnya.
"Saya spa khusus ibu hamil seminggu sekali. Itu saya lakukan di trimester ketiga, dan saya lakukan biar lebih rileks. Karena saya kan kerja juga, jadi butuh rileks dengan spa. Kalau dipijit kan peredaran darahnya menjadi lancar, mengurangi pegal-pegal juga," tutur Tini.
Saat spa dan pijat, menurutnya, orang yang memberi perawatan menggunakan minyak khusus dan tidak sembarangan aroma terapi. Aromaterapi yang digunakan adalah yang tidak berbau menyengat. Mint adalah salah satu aromaterapi yang tidak disarankan untuk ibu hamil. Mungkin karena pada saat hamil, perempuan menjadi lebih sensitif terhadap wewangian.
"Waktu dipijit juga menghindari telapak kaki karena banyak syarafnya. Perut juga tidak dipijit. Pada saat dipijit punggungnya, kita tidur miring. Jadi yang dipijit punggung, kaki, kepala, tangan, wajah, dan kepala. Minimal satu jam," papar pegawai salah satu bank swasta yang setiap kali spa dan pijat harus merogoh kocek Rp 250 ribu ini.
Sementara itu Annisa yang tengah hamil 6 bulan 3 minggu lebih memilih dipijit tukang pijit yang biasa disewa jasanya oleh keluarganya. Tukang pijat tersebut menerutnya tahu banyak teknik memijat dan mengetahui anatomi tubuh manusia.
"Saya sebelumnya pernah dipijit di salah satu tempat pijat tradisional di Pejaten karena kaki sampai pugung pegal, tapi nggak membaik sama sekali," kisah Annisa.
Bahkan payudara Annisa sempat memar akibat dipijat terlalu keras. Karena trauma dipijat sembarangan, akhirnya dia menggunakan tukang pijat keluarganya itu untuk mengusir pegal di tubuhnya.
"Saya biasanya dipijat sebulan dua kali. Sehabis pijat rasanya enak. Saya kan muslim, pemijatnya juga muslim, dia kadang suka bacain surat-surat Alquran," imbuhnya.
Minyak zaitan dan pijatan lembut si ibu tukang pijatnya biasanya dinikmati Annisa selama satu jam. Setelahnya Annisa harus mengeluarkan Rp 150 ribu untuk membayar jasa pemijatan.
"Saya sudah merasa comfort sama (tukang pijat)ini. Bahkan posisi bayi sungsang bisa dibenerin sama dia. Dulu kakak saya yang mengalami," ucap Annisa.
(vit/up)