Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita yang tetap mengalami morning sickness hingga trimester kedua kehamilan, 2 kali lebih mungkin mengembangkan developpreeclampsia dan 1,4 kali lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Trimester kedua kehamilan didefinisikan sebagai usia kehamilan antara 12 hingga 21 minggu.
Studi tersebut dilakukan oleh ilmuwan di Swedia terhadap wanita hamil yang dirawat di rumah sakit karena morning sickness parah, yang disebut hiperemesis gravidarum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Morning sickness yang parah dapat menyebabkan kekurangan gizi dan dehidrasi pada wanita hamil dan sebelumnya telah dikaitkan dengan kelahiran prematur. Sebagian besar wanita hamil dapat mengalami mual dan muntah di awal kehamilan dan biasanya akan mereda setelah usia kehamilan mencapai 10 sampai 16 minggu.
"Jika morning sickness tersebut masih bertahan hingga lebih dari 16 sampai 21 minggu, Anda harus waspada dan segera mencari bantuan medis," kata Marie Bolin, pemimpin penelitian dari Uppsala University's Department of Women's and Children's Health.
Morning sickness yang parah diduga disebabkan oleh tingginya tingkat hormon human chorionic gonadotropin (hCG), yang dibuat oleh plasenta dan diproduksi terutama selama trimester pertama kehamilan. Kadar hCG yang tinggi selama trimester kedua bisa mengindikasikan pembentukan plasenta yang abnormal.
Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynaecology pada tanggal 30 Januari kemarin, seperti dilansir foxnews, Kamis (31/1/2013).
(vit/vit)











































