Penelitian yang dilakukan di Ghana ini menyimpulkan bahwa ibu hamil yang tidur telentang lebih berisiko menyebabkan bayi lahir mati. Dalam laporan penelitian yang dimuat International Journal of Gynecology and Obstetrics, peneliti mengungkapkan bahwa alasannya adalah tidur telentang akan memicu berat lahir bayi menjadi rendah.
Penelitian ini dilakukan di negara yang notabene memiliki angka kematian bayi lahir yang terbilang tinggi. Walau demikian, beberapa penelitian lain di Selandia Baru yang lebih terkontrol juga menemukan bahwa ada hubungan antara ibu hamil yang tidur telentang dengan risiko bayi lahir mati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daerah Afrika Sub-Sahara memang terkenal memiliki angka bayi lahir mati yang paling tinggi di dunia. Sayangnya, baru sedikit upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka tersebut. Maka mendorong ibu hamil untuk tidak tidur telentang bisa menjadi metode yang murah untuk mengurangi angka bayi lahir mati.
Di negara berpenghasilan tinggi, kasus bayi lahir mati bisa dikatakan hanya sedikit, yaitu dialami sekitar 2 - 5 bayi dari setiap 1.000 bayi. Kasus ini jauh lebih umum dijumpai di negara-negara berpenghasilan rendah, yaitu sekitar 20 - 50 bayi lahir mati dari setiap 1.000 bayi.
Penyebab tingginya risiko bayi lahir mati akibat tidur terlentang ini nampaknya disebabkan berat lahir bayi yang rendah. Tidur telentang dapat menekan uterus pada vena cava inferior yang pada gilirannya dapat mengganggu aliran pembuluh darah dan mempengaruhi jantung.
"Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari seperempat kematian saat dilahirkan dapat dihindari dengan mengubah posisi tidur ibu. Ini mendukung perlunya pengembangan percobaan untuk melakukan intervensi sederhana," kata O'Brien.
(pah/vit)











































