Ini Alasan Orang Gagal Donor Darah Meski Sangat Berminat

Hari Donor Darah Sedunia

Ini Alasan Orang Gagal Donor Darah Meski Sangat Berminat

- detikHealth
Jumat, 14 Jun 2013 16:17 WIB
Ini Alasan Orang Gagal Donor Darah Meski Sangat Berminat
Choky Sitohang donor darah (Foto: Uyung/detikHealth)
Jakarta - Menjadi donor darah adalah perbuatan mulia, sebab tiap tetes darah bisa menyelamatkan pasien-pasien yang sedang kritis di rumah sakit. Banyak yang berminat melakukannya, tetapi selalu ada alasan yang menggagalkan niat baik tersebut.

Beberapa alasan seperti yang ditemui detikHealth dalam acara donor darah 'A Drop for Hopes' di Plasa Semanggi, Jakarta Selatan, Jumat (14/6/2013) adalah sebagai berikut.


1. Hb terlalu tinggi

Foto: Uyung/detikHealth
Sebelum diambil darahnya, calon donor akan menjalani serangkaian pemeriksaan, salah satunya untuk mengukur kadar Hemoglobin (Hb) atau sel darah merah. Rentang yang diizinkan tidak boleh kurang dari 12,5 persen dan tidak boleh lebih dari 17 persen. Beberapa calon donor yang datang ke Plasa Semanggi batal mendonorkan darah karena memiliki kadar Hb terlalu tinggi.

"Mas harus lebih banyak minum, kurangi makan daging dan sayuran hijau. Keduanya banyak mengandung zat besi," pesan petugas kepada detikHealth yang hasil pemeriksaannya menunjukkan kadar Hb mendekati batas maksimal untuk bisa donor darah.

2. Tekanan darah tinggi

Foto: Uyung/detikHealth
Selain kadar Hb, tensi atau tekanan darah juga menjadi salah satu ukuran boleh atau tidaknya seseorang menjadi donor darah. Tekanan darah yang terlalu rendah akan membuat orang mudah pusing saat diambil darahnya, sedangkan jika terlalu tinggi juga tidak dianjurkan. Meski demikian, rutin mendonorkan darah bagi orang sehat diklaim bisa menjaga tekanan darah menjadi selalu stabil.

"Kami tidak menganjurkan orang yang hipertensi (tekanan darah tinggi) untuk donor darah," kata dr Farid Hussain, SpBd, salah seorang pengurus pusat Palang Merah Indonesia.

3. Punya penyakit menular

Foto: Uyung/detikHealth
Beberapa penyakit bsia menular melalui darah, sehingga penderitanya tidak boleh mendonorkan darah. Beberapa penyakit atau gangguan kesehatan itu di antaranya hepatitis dan infeksi HIV (Human Imunnodeficiency Virus). Seseorang yang berisiko biasanya dianjurkan untuk periksa ke dokter terlebih dahulu sebelum mendonorkan darah.

"Itu juga menjadi salah satu keuntungan donor darah, karena kita jadi tahu kalau ada penyakit. Semacam periksa gratis," kata dr Farid.

4. Tidak ada yang mengingatkan

Foto: Uyung/detikHealth
Secara fisik, presenter Choky Sitohang sangat memenuhi syarat untuk menjadi donor darah. Niat untuk melakukannya juga sudah ada sejak lama, namun baru bisa terlaksana untuk pertama kalinya tepat pada Hari Donor Darah Sedunia 14 Juni 2013.

"Niat untuk donor darah sudah ada sejak lama, tetapi tidak ada support jadi belum pernah donor. Ini pengalaman pertama," kata Choky usai diambil darahnya di acara donor darah 'A Drop for Hopes' di Plasa Semanggi, Jakarta Selatan.

5. Takut jarum

Foto: Uyung/detikHealth
Alasan klasik yang membuat orang gagal menjadi donor darah. Banyak yang sebenarnya tertarik dengan kisah-kisah heroik saat darahnya berhasil menyelamatkan nyawa seorang pasien yang kritis. Namun begitu berhadapan dengan jarum, nyalinya menciut lalu batal.

"Tidak perlu takut, sakitnya tidak seberapa kok. Buktinya, tidak ada yang meninggal karena donor darah kan? Rileks saja," pesan dr Farid.
Halaman 2 dari 6
Sebelum diambil darahnya, calon donor akan menjalani serangkaian pemeriksaan, salah satunya untuk mengukur kadar Hemoglobin (Hb) atau sel darah merah. Rentang yang diizinkan tidak boleh kurang dari 12,5 persen dan tidak boleh lebih dari 17 persen. Beberapa calon donor yang datang ke Plasa Semanggi batal mendonorkan darah karena memiliki kadar Hb terlalu tinggi.

"Mas harus lebih banyak minum, kurangi makan daging dan sayuran hijau. Keduanya banyak mengandung zat besi," pesan petugas kepada detikHealth yang hasil pemeriksaannya menunjukkan kadar Hb mendekati batas maksimal untuk bisa donor darah.

Selain kadar Hb, tensi atau tekanan darah juga menjadi salah satu ukuran boleh atau tidaknya seseorang menjadi donor darah. Tekanan darah yang terlalu rendah akan membuat orang mudah pusing saat diambil darahnya, sedangkan jika terlalu tinggi juga tidak dianjurkan. Meski demikian, rutin mendonorkan darah bagi orang sehat diklaim bisa menjaga tekanan darah menjadi selalu stabil.

"Kami tidak menganjurkan orang yang hipertensi (tekanan darah tinggi) untuk donor darah," kata dr Farid Hussain, SpBd, salah seorang pengurus pusat Palang Merah Indonesia.

Beberapa penyakit bsia menular melalui darah, sehingga penderitanya tidak boleh mendonorkan darah. Beberapa penyakit atau gangguan kesehatan itu di antaranya hepatitis dan infeksi HIV (Human Imunnodeficiency Virus). Seseorang yang berisiko biasanya dianjurkan untuk periksa ke dokter terlebih dahulu sebelum mendonorkan darah.

"Itu juga menjadi salah satu keuntungan donor darah, karena kita jadi tahu kalau ada penyakit. Semacam periksa gratis," kata dr Farid.

Secara fisik, presenter Choky Sitohang sangat memenuhi syarat untuk menjadi donor darah. Niat untuk melakukannya juga sudah ada sejak lama, namun baru bisa terlaksana untuk pertama kalinya tepat pada Hari Donor Darah Sedunia 14 Juni 2013.

"Niat untuk donor darah sudah ada sejak lama, tetapi tidak ada support jadi belum pernah donor. Ini pengalaman pertama," kata Choky usai diambil darahnya di acara donor darah 'A Drop for Hopes' di Plasa Semanggi, Jakarta Selatan.

Alasan klasik yang membuat orang gagal menjadi donor darah. Banyak yang sebenarnya tertarik dengan kisah-kisah heroik saat darahnya berhasil menyelamatkan nyawa seorang pasien yang kritis. Namun begitu berhadapan dengan jarum, nyalinya menciut lalu batal.

"Tidak perlu takut, sakitnya tidak seberapa kok. Buktinya, tidak ada yang meninggal karena donor darah kan? Rileks saja," pesan dr Farid.

(up/vit)

Berita Terkait