Topi Ini Diklaim Cegah Rambut Rontok Pasien Selama Kemo

Topi Ini Diklaim Cegah Rambut Rontok Pasien Selama Kemo

- detikHealth
Kamis, 25 Jul 2013 18:25 WIB
Topi Ini Diklaim Cegah Rambut Rontok Pasien Selama Kemo
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Jakarta - Rambut rontok adalah salah satu efek samping kemoterapi yang paling tidak diinginkan karena memunculkan stigma jika orang yang mengalaminya terserang sebuah penyakit kronis yang seharusnya tetap dirahasiakan. Kondisi ini dirasakan oleh Miriam Lipton.

Pertama kali terserang kanker payudara, Miriam Lipton, rambutnya langsung rontok dua minggu setelah memulai kemoterapi. Cukup beruntung ketika kedua kalinya terserang kanker payudara, rambutnya yang rontok tak sebanyak serangan kanker pertamanya.

"Saya tak mau jalan-jalan ke pertokoan dan diminta untuk menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan orang-orang tentang kanker yang saya idap," tandas Lipton (45) seperti dilansir nbcnews, Kamis (25/7/2013).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lain halnya jika Anda terlihat OK dari luar, ini bisa membantu Anda merasa 'Oke, kondisi ini dapat diatasi dengan baik, saya bisa melaluinya'," tambah wanita asal San Fransisco tersebut.

Lipton mengaku pernah dilibatkan dalam percobaan pengawetan rambut dengan menggunakan semacam topi (seperti penutup kepala yang dipakai untuk berenang) bernama DigniCap yang didinginkan agar dapat membuat kulit kepala menjadi mati rasa sepanjang kemo. DigniCap merupakan salah satu merk topi pendingin kulit kepala bikinan perusahaan Dignitana asal Swedia.

Dalam percobaan, topi yang menempel ketat di kepala itu disambungkan dengan sebuah mesin pendingin yang akan mendinginkan topi itu pada suhu 41 derakat sementara pasien menjalani kemoterapi. Rambut partisipan pun akan difoto untuk dianalisis, dan mereka akan dibandingkan dengan sejumlah pasien yang hanya mendapatkan kemo saja.

Topi yang telah didinginkan pada temperatur yang sangat tinggi ini diduga dapat mengurangi aliran darah di dalam kulit kepala, sehingga obat-obatan pembunuh sel kanker kesulitan untuk mencapai dan membahayakan folikel-folikel rambut. Namun meski beberapa jenis topi dingin semacam ini telah diperjualbelikan di penjuru dunia, Food and Drug Administration belum menyetujui penggunaannya di Amerika.

Pasalnya banyak pakar di Amerika yang khawatir metode pendinginan kulit kepala ini dapat mencegah kemoterapi menjangkau sel-sel kanker yang ada di dalamnya. Padahal Dr. Hope Rugo dari University of California, San Francisco menekankan bahwa dampak rambut rontok pada pasien kanker selama ini terlalu disepelekan. Ia mengaku punya banyak pasien yang menunda pengobatan krusial tersebut hanya demi menghindari rambut rontok.

"Sejujurnya, ini adalah pertanyaan pertama atau kedua yang dilontarkan sebagian besar pasien saya ketika saya merekomendasikan kemoterapi kepada mereka. Alih-alih bertanya 'Apakah ini akan menyembuhkan saya?', justru banyak pasien menanyakan 'Apakah saya akan kehilangan rambut saya?', timpal Dr. Susan Merlin dari Wake Forest Baptist Medical Center, North Carolina.

Setelah menjadi salah satu pasien proyek awal pengujian DigniCap awal yang dilakukan pada tahun 2011 bersama 20 pasien lainnya dari Amerika, Lipton pun mengaku rambutnya menipis di bagian mahkota karena topi tersebut tak dapat menutup rambut bagian itu dengan pas.

Tapi karena poni dan rambut sekitarnya tetap bertahan, ibu dua anak ini pun menutupi bagian rambut yang menipis dengan headband, bukannya wig. Hanya saja Lipton mengungkapkan penggunaan DigniCap ini menimbulkan efek samping yaitu nyeri dan sakit kepala ketika dingin mulai merasuki kulit kepala.

"Ini memang tak sempurna tapi jauh lebih mudah bagi saya. Saya juga merasa normal lebih cepat," tandas Lipton yang kini telah dinyatakan sehat dan bebas dari kanker.

Lalu apa yang membuktikan efektivitas topi pendingin kulit kepala ini? Sejumlah review dari para pakar onkologi Belanda menemukan beberapa studi yang mengatakan bahwa pendinginan kulit kepala ini bisa saja bermanfaat, tapi belum jelas pasien manakah yang paling diuntungkan dan seberapa rendah suhu standar yang dibutuhkan untuk mendinginkan kepala pasien.

Hal ini karena sebagian besar riset yang mereka amati hanyalah studi observasi yang tidak dapat memberikan bukti-bukti tertentu. Selain itu, tampaknya sulit untuk menyelamatkan rambut pasien yang diberi dosis obat kemo yang tinggi atau menjalani jenis kemo tertentu.

Soal keamanan, Dr. Rugo juga mengungkapkan bahwa tingkat kekambuhan tumor pada kulit kepala pasien yang menggunakan topi pendingin ini terbilang jarang terjadi.

(vta/vit)

Berita Terkait