Sering Gelisah Bisa Jadi karena Usus Kekurangan Bakteri 'Sehat'

Sering Gelisah Bisa Jadi karena Usus Kekurangan Bakteri 'Sehat'

- detikHealth
Jumat, 13 Sep 2013 14:38 WIB
Sering Gelisah Bisa Jadi karena Usus Kekurangan Bakteri Sehat
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Munculnya gangguan mental seperti mudah cemas (anxiety) biasanya disebabkan oleh stres dan depresi. Namun tampaknya ini bukan semata soal psikologis sebab sebuah studi baru menemukan orang yang mudah cemas kekurangan bakteri 'sehat' dalam ususnya.

Sang peneliti, Dr. James Greenblatt menyadari adanya kaitan antara mikroba di dalam saluran pencernaan manusia dengan gejala gangguan mental seperti gangguan kecemasan, schizopfrenia dan autisme ini setelah menangani seorang pasien remaja yang mengidap obsessive–compulsive disorder (OCD), attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), serta sejumlah gangguan pencernaan sekaligus.

"Orang tua Mary telah mencoba berbagai cara untuk mengobati anaknya selama bertahun-tahun dan ternyata respons obatnya buruk. Padahal ketika seorang pasien tak dapat merespons, itu adalah tanda bahaya," tandas Dr. Greenblatt yang juga pendiri Comprehensive Psychiatric Resources Inc., Waltham, Mass. ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penasaran, psikiatris yang berpraktik di Boston ini pun melakukan tes urin sederhana pertamanya pada pasien bernama Mary tersebut apakah dalam tubuhnya terkandung HPHPA (produk sampingan dari bakteri clostridia) atau tidak. Dan ternyata kadarnya cukup tinggi.

Setelah itu Mary diminta mengonsumsi probiotik untuk menambah bakteri 'sehat' dalam tubuhnya, yang dikombinasikan dengan antibiotik dan kadar HPHPA-nya pun turun secara dramatis. Probiotik umumnya dikonsumsi sebagai bagian dari makanan fermentasi yang ditambah dengan kultur tambahan seperti pada yogurt, yogurt kedelai atau sebagai suplemen diet.

Enam bulan berikutnya gejala autis Mary pun mulai menghilang dan hanya dalam setahun, gejalanya benar-benar hilang. Kini, atau tiga tahun kemudian, Mary bisa masuk SMA dan tak lagi mengidap gangguan mental apapun.

Namun para ilmuwan belum mampu mengidentifikasi setiap strain bakteri yang ada, hanya saja menurut Dr. Greenblatt, mereka dapat mengetes produk sampingan dari bakteri-bakteri tersebut, misalnya HPHPA tadi. Greenblatt sendiri selalu mengecek setiap pasiennya dengan tes urin organik untuk mencari ada tidaknya HPHPA dalam tubuhnya sebelum memberi mereka obat-obatan lain.

"Pada 8 dari 10 pasien tak ditemukan masalah ini, tapi pada dua pasien yang mengalami peningkatan kadar ternyata hal itu dapat memberikan efek luar biasa pada sistem saraf. Sayangnya tak semua pasien psikiatri memperoleh tes ini," terang Greenblatt seperti dilansir Daily Mail, Jumat (13/9/2013).

HPHPA diketahui dapat menyebabkan tidak aktifnya enzim yang mendorong agar dopamine diubah menjadi salah satu neurotransmitter neuroepinephrine. Akibatnya dopamine-nya menumpuk, padahal kondisi ini dapat menyebabkan agitasi atau gangguan dan stres pada tubuh.

Disini Dr. Greenblatt makin mengakui kekuatan bakteri sehat dalam usus terhadap kesehatan mental dan fisik seseorang. Apalagi studi sebelumnya yang dipublikasikan jurnal Science menunjukkan bahwa orang yang gemuk dan kurus memiliki susunan bakteri yang berbeda. Dengan kata lain temuan ini dapat menjadi petunjuk program penurunan berat badan yang sangat efektif.

Begitu pula dalam sebuah studi yang dilakukan tim peneliti dari McMaster University Kanada pada 2010. Mereka menemukan kaitan antara mikroba dalam usus dengan perilaku kecemasan, meski hanya mendasarkan percobaannya pada tikus.

Dari situ diketahui tikus yang tidak memiliki mikroba dalam ususnya lebih cenderung melakukan perilaku berisiko dan mengalami peningkatan hormon stres, atau kortisol. Kadar senyawa BDNF dalam otak tikus-tikus ini yang juga dikaitkan dengan gangguan kecemasan dan depresi pada manusia pun mengalami perubahan.



(vit/vit)

Berita Terkait