Teknologi pengukur suhu tubuh sebenarnya sudah banyak yang baru. Salah satu perangkat pengukur suhu terbaru dan terbaik saat ini dapat menempel di kulit dan dilengkapi dengan sensor serta kamera infra merah.
Namun meski murah dan dapat membantu dokter memonitor pasien sembari mereka dapat bergerak bebas, perangkat ini tak bisa memberikan pengamatan secara mendetail pada kondisi pasien, terutama terkait yang ada di bawah kulit. Lagipula alat ini kerap menyebabkan iritasi kulit pada pasien, bahkan mengubah respons alami pasien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belajar dari itu, John Rogers dari University of Illinois, Urbana-Champaign dan rekan-rekannya mengembangkan sebuah termometer fleksibel yang sangat tipis karena hanya setebal 50 mikron atau separuh rambut manusia.
"Ini adalah perangkat sederhana dan sangat murah yang mampu berintegrasi dengan kulit seperti mainan tato temporer anak-anak tapi bisa memberikan pengukuran suhu tubuh yang presisi di kulit, sama halnya dengan yang dilakukan oleh perangkat berkamera infra merah seharga 250.000 dollar AS," kata Rogers seperti dilansir Livescience, Rabu (18/9/2013).
Sensor ini sendiri terbuat dari kawat emas tipis atau membran silikon yang diletakkan di atas lembaran karet ultra-tipis yang dipenuhi lubang agar kulit tetap bisa bernapas secara alami meski ditempeli termometer ini.
Menariknya lagi, alat ini juga bisa menempel di kulit manusia dan mampu mengukur suhu tubuh manusia hingga ribuan derajat. Bahkan secara otomatis purwarupa ini dapat mengumpulkan data-data seperti aliran darah dan tinggi rendahnya tingkat hidrasi kulit dengan sensitivitas yang ekstrim.
Menurut Rogers, sensor buatannya juga dapat berfungsi layaknya heater atau pemanas. Sebab tingkat pemanasan kulit yang dapat dikendalikan secara akurat bisa memberikan manfaat terapi, misalnya untuk mendorong agar obat masuk ke dalam darah atau membantu tubuh menyerap berbagai nutrisi yang diperlukan untuk pemulihan luka, termasuk dengan risiko infeksi yang rendah.
Sayangnya alat ini baru berupa purwarupa dan data-data yang terbaca dari pasien yang ditempeli sensor ini hanya dapat diperoleh peneliti dengan menempelkan elektroda pada alat. Namun di masa depan, peneliti berharap dapat mengembangkan termometer yang dapat memaparkan hasil pengukurannya secara wireless.
Detail temuan ini dipaparkan dalam jurnal Nature Materials.











































