Penyebab dan Solusi Sariawan yang Tak Sembuh-sembuh

Penyebab dan Solusi Sariawan yang Tak Sembuh-sembuh

Suherni Sulaeman - detikHealth
Senin, 28 Okt 2013 14:45 WIB
Penyebab dan Solusi Sariawan yang Tak Sembuh-sembuh
Ilustrasi (Foto: thinkstock)
Jakarta - Dear Dokter Dito,

Saya mau tanya dan mohon solusinya. Saya menderita sariawan sudah 1 bulan tidak sembuh-sembuh malah semakin melebar. Saya sudah menggunakan alboltil, obat kumur, obat oles, obat tablet, minuman vitamin C, tapi semuanya tidak ada hasil. Sakit bukan main rasanya, letak sariawan saya di balik bibir bagian bawah. Kira-kira penyebabnya apa ya, dok? Oh iya, mohon solusi apa yang harus saya lakukan untuk menyembuhkan sariawan ini? Terimakasih sebelumnya.

Sifa (Wanita lajang, 23 tahun)
cheva_XXXXXX@yahoo.com
Tinggi badan 160 cm, berat badan 45 kg

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jawaban

Dear Sifa, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami.

Dari pertanyaan Sifa di atas, ada beberapa petunjuk inti:
1. Sariawan sudah 1 bulan.
2. Tidak sembuh-sembuh.
3. Sudah diberi berbagai obat (alboltil, obat kumur, obat oles, tablet) dan vitamin C.
4. Rasanya sakit.
5. Lokasi sariawan di balik bibir bawah.

Dari petunjuk inti di atas, maka ada beberapa kemungkinan sebagai berikut:
1. recurrent aphthous stomatitis (RAS)
2. gingivitis kronis
3. oral ulceration
4. stomatitis
5. gangguan/penyakit periodontal kronis

Khusus untuk RAS, kalangan medis amat berhati-hati di dalam menegakkan diagnosis ini karena lesi (sariawan) yang dijumpai amatlah mirip dengan lesi pada penyakit berikut ini:
a. sindrom/penyakit Behcet
b. sindrom Sweet
c. neutropenia siklik
d. sindrom periodik yang disertai dengan demam dan faringitis
e. beragam defisiensi nutrisi dengan atau tanpa gangguan gastrointestinal (sistim pencernaan) yang mendasari
f. beberapa kondisi imunodefisiensi, termasuk infeksi HIV (human immunodeficiency virus).

Hipocrates (460-370 AD) adalah orang yang pertama kali menggunakan kata 'aphtha' (aphtodea), berasal dari istilah Yunani kuno 'aptein (ARTEIV)', yang secara harfiah bermakna 'set fire' atau 'terbakar'. Istilah ini memang menunjukkan bahwa penderita sariawan (terkhusus tipe recurrent aphthous stomatitis, RAS) merasakan sensasi 'terbakar', yaitu berupa rasa sakit, perih, atau nyeri (yang amat).

Faktor Predisposisi atau Presipitasi

Ada beragam faktor yang dapat merangsang, menstimulasi, mencetuskan, serta menyebabkan terjadinya sariawan. Mudahnya, penyebab sariawan itu multifaktor, misalnya:

1. Defisiensi zat besi, asam folat, atau vitamin B12 (hematinik).
2. Mikroorganisme (Streptococcus sanguis dan Streptococcus mitis)
3. Virus, misalnya: adenovirus.
4. Trauma (jatuh, benturan, pukulan, lebam, hantaman, bukan trauma psikologis).
5. Stres dan cemas (faktor psikologis atau kejiwaan).
6. Merokok, baik aktif maupun pasif.
7. Perubahan hormonal. Misalnya kadar progesteron, terutama pada wanita yang sedang mengalami siklus menstruasi fase luteal.
8. Adanya atopi (riwayat alergi, asma).
9. Faktor genetik, epigenetik, atau kerentanan genetik. Misalnya, orangtua yang pernah sariawan maka anaknya berpotensi besar terkena sariawan.
10.Obat-obat tertentu dapat mencetuskan terjadinya sariawan.

Sariawan 'Tipe' RAS

Berbagai tipe recurrent aphthous stomatitis (RAS) dikelompokkan sebagai berikut ini:

1. RAS tipe minor

Karakteristik RAS tipe minor antara lain:
Biasa dijumpai pada usia 10-19 tahun.
Kejadian pada wanita sama dengan pria.
Durasi: 4-14 hari.
Jumlah ulcers (sariawan): 1-5.
Lokasi sariawan: bibir, mulut, pipi, lidah.
Kekambuhan: setiap 1-4 bulan kambuh.

2. RAS tipe mayor

Karakteristik RAS tipe mayor antara lain:
Biasa dijumpai pada usia 10-19 tahun.
Kejadian pada wanita sama dengan pria.
Durasi: lebih dari 30 hari.
Jumlah ulcers (sariawan): 1-10.
Lokasi sariawan: bibir, mulut, pipi, lidah, langit-langit rongga mulut, faring.
Kekambuhan: kurang dari sebulan kambuh atau serting kambuh.

3. RAS tipe herpetiform

Karakteristik RAS tipe herpetiform antara lain:
Biasa dijumpai pada usia 20-29 tahun.
Wanita lebih sering dibandingkan pria.
Durasi: lebih dari 30 hari.
Jumlah ulcers (sariawan): 10-100.
Lokasi sariawan: bibir, mulut, pipi, lidah, faring, langit-langit rongga mulut, lantai dasar rongga mulut, dan gusi.
Kekambuhan: kurang dari sebulan kambuh atau sering kambuh.

Perspektif Neurosains
Pada kasus sariawan, dijumpai fakta-fakta menarik berikut ini:
1.Untuk kasus RAS, pada penderita dijumpai ketidakseimbangan subpopulasi leukosit.
2. Riset terkini berhasil menemukan peningkatan (elevasi) sejumlah limfosit CD8+ di darah tepi (peripheral blood) dan penurunan (reduksi) sel CD4+.
3.Dijumpai elevasi aktivitas antibody-dependent cellular cytotoxic (ADCC) dan large granular lymphocytes (LGL) yang signifikan pada penderita RAS di stadium awal terjadinya penyakit.
4. Peradangan rongga mulut seperti gingivitis (radang gusi) kronis dapat menstimulasi interaksi antara inflamasi (peradangan) neurogenik dan imunogenik yang disebut mekanisme “neurogenic switching”.
5. Terapi periodontal (gigi) berpotensi mengurangi baik inflamasi lokal maupun sistemik, dengan cara menurunkan sitokin pro-inflammatory, neuropeptida, dan HSP (heat shock proteins). Selain itu, juga meningkatkan mediator anti-inflamasi (misalnya: HSP10). Menariknya, HSP pro-inflammatory 60 dan 65 juga sangat banyak dijumpai pada penderita periodontal kronis.

Solusi

Tentang terapi, kami membahas secara holistik tentang beberapa penatalaksanaan yang sering dipakai dokter di pelayanan kesehatan primer. Jadi bukan hanya untuk penderita sariawan saja. Hal ini penting untuk diseminasi pengetahuan tentang medikasi pada penyakit rongga mulut dan gigi.
1. Asam asetilsalisilat
Indikasi: radang dan demam akibat sakit gigi.
Kontraindikasi: ulkus peptik (tukak lambung), gangguan perdarahan, menyusui, terapi antikoagulasi, bila dilakukan ekstraksi gigi.

2. Parasetamol
Indikasi: demam, nyeri gigi ringan hingga sedang yang bersumberkan gigi.
Kontraindikasi: penyakit hati.

3. Amoksisilin
Indikasi: abses dental atau periodontal.
Kontraindikasi: alergi penisilin dan kehamilan.

4. Suspensi amoksisilin
Indikasi: abses dental.
Kontraindikasi: alergi penisilin.

5. Eritromisin
Indikasi: abses dental atau periodontal.
Kontraindikasi: penyakit hati.

6. Metronidazol
Indikasi: Angina Vincent, perikoronitis akut, gingivitis.
Kontraindikasi: kehamilan, ibu menyusui.

7. Mikonazol
Indikasi: infeksi jamur di rongga mulut.
Kontraindikasi: penggunaan bersama obat antijamur lainnya, digunakan bersamaan dengan antikoagulan terutama warfarin.

8. Nistatin
Indikasi: infeksi jamur di rongga mulut.

9. Obat kumur chlorhexidine digluconate
Indikasi: infeksi mulut.
Kontraindikasi: tidak ada.

Adapun penatalaksanaan recurrent aphthous stomatitis (RAS), maka obat-obat di bawah ini yang biasanya direkomendasikan oleh dokter:
1. Obat golongan antibiotik: tetrasiklin topikal.
2. Obat golongan kortikosteroid topikal, misalnya: betamethasone-17-benzoate, betamethasone valerate, flucinonide, flumethasone pivolate, hydrocortisone hemisuccinate, triamcinolone acetonide.
3. Obat golongan imunomodulator, seperti: colchicine, gammaglobulin, levamisole, transfer factor.
4. Obat kumur (mouthrinses), contohnya: benzydamine hydrochloride, carbenoxolone disodium, chlorhexidine gluconate.
5. Obat lainnya, misal: dapsone, thalidomide, zinc sulphate sistemik, inhibitor monoamin oksidase, infliximab, etanercept, pentoxifylline, alkylating agents (chlorambucil), minocycline (sebagai terapi sistemik), levamisole (sebagai imunomodulator), interferon-alpha (IFN-α), cyclosporine A, antimetabolites (misalnya: azathioprine, methotrexate).

Perkembangan riset di bidang sariawan juga menarik untuk diikuti:
1. Aplikasi 5-aminosalicylic acid 5% cream (3 x sehari) atau pasta gigi yang mengandung amyloglucosidase dan glucose oxidase dapat mengurangi nyeri dan mempersingkat durasi sariawan atau oral aphthae. (Collier PM, Neill SM, Copeman PW, 1992)
2. Gel prostaglandin E2 topikal mencegah munculnya sariawan (aphthae) baru. (Taylor LJ, Walker DM, Bagg J, 1993)
3. Remisi (penyembuhan) sariawan (aphthosis) selama diterapi dengan tablet nikotin yang dikunyah. (Bittoun R, 1991)

Tentunya semua hasil riset di atas perlu riset lanjutan untuk mengetahui efektivitasnya di dalam penatalaksanaan sariawan.

Bagaimanapun juga, penggunaan obat-obatan di atas haruslah sesuai indikasi dan rekomendasi dokter. Sangat tidak dianjurkan mengobati sendiri mengingat efek samping dan kontraindikasi yang mungkin terjadi.

Pendekatan Herbal Medicine

Ramuan herbal untuk menaklukkan sariawan adalah:
1. Temu kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.)
Ramuan antisariawan: temu kunci dan buah pinang secukupnya.
Caranya: kupas dan cuci temu kunci lalu dikunyah-kunyah. Bila dicampur buah pinang, maka setelah dikunyah, buah pinang dibuang.

2. Kemiri (Aleurites javanica)
Ramuan antisariawan:
1. getah dari kulit batang kemiri secukupnya,
2. santan kelapa secukupnya.
Caranya: campurkan keduanya, aduk merata, oleskan pada bagian yang sariawan.

3. Kemangi (Ocimum canum)
Ramuan antisariawan:
1. daun kemangi secukupnya,
2. madu murni secukupnya.
Caranya: cuci bersih dan kunyah selama 2-5 menit, lalu ditelan. Larutkan madu di dalam air hangat, segera minum setelah menelan daun kemangi. Lakukan rutin minimal 3 kali sehari, selama minimal seminggu, sampai sariawan sembuh.

4. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Ramuan antisariawan:
1. bunga belimbing wuluh 9-17 kuntum
2. biji asam 1-7 polong
3. gula aren 17 – 27 gram
4. air 700 – 750 cc
Caranya: rebus semua bahan sampai mendidih sampai tertinggal sekitar 1 gelas (250 cc). Saring, dinginkan, lalu minumlah secara rutin 2-3 kali sehari, selama minimal 7 hari.

5. Ketapang (Cassia alata L.)
Ramuan antisariawan:
1. daun ketapang 4-7 lembar,
2. garam secukupnya,
3. madu murni secukupnya.
Caranya: daun dicuci bersih, tambahkan garam secukupnya. Tumbuk hingga halus lalu peraslah airnya.
Air hasil perasan ditambah madu lalu diminum secara rutin 3 x sehari selama minimal 7 hari.

Untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah berulangnya sariawan, maka salah satu ramuan di atas dapat ditambahkan salah satu ramuan di bawah ini:

6. Mawar (Rosa hybrida)
Ramuan imunostimulan:
1. bunga mawar 3-7 kuntum besar,
2. air secukupnya,
3. madu murni secukupnya.
Caranya: mawar dicuci bersih, direndam air matang (250 cc atau 1 gelas), diamkan 1-2 jam. Saringlah, lalu airnya diminum minimal 1 x sehari. Boleh ditambahkan madu secukupnya.
Cara lain: ambil beberapa kuntum mawar, dicuci bersih, dimakan, dihisap sarinya, dan dibuang ampasnya.

7. Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)
Ramuan pencegah sariawan berulang:
1. kunyit putih segar 10 gram atau secukupnya,
2. air panas setengah gelas (100 cc) atau secukupnya,
3. madu murni 1 sendok makan atau secukupnya.
Caranya: kunyit putih dikupas dan dicuci bersih. Lalu diparut dan diperas, diambil sarinya. Tambahkan setengah gelas air panas. Biarkan 10 menit, lalu minumlah. Boleh diberi madu. Untuk pencegahan, ramuan ini diminum minimal 1 x sehari selama 3-5 hari.

8. Apel dan Pepaya
Ramuan imunostimulan:
a. buah apel secukupnya,
b. buah pepaya secukupnya,
c. madu secukupnya.
Caranya: buah apel dan pepaya dikonsumsi secara rutin selama minimal seminggu. Cara lainnya: apel dan pepaya dikupas, dicuci, lalu diblender atau dijus. Boleh ditambahkan madu. Dikonsumsi rutin 3 x sehari, minimal 7 hari.

Yang perlu diperhatikan bila mengkonsumsi ramuan di atas:
1. Ramuan herbal boleh diminum sebelum atau sesudah minum obat dari dokter.
2. Ramuan herbal diberi jeda waktu 1-2 jam dengan obat dokter.
3. Ramuan herbal di atas sebaiknya juga dikonsultasikan dengan ahli herbal untuk memilih mana yang tepat atau sesuai.

Pencegahan

Untuk mencegah sariawan (berulang), mudah kok. Mau tahu?
Inilah cara efektif mencegah sariawan:
1. Selalu menjaga kebersihan rongga mulut dan gigi, yaitu dengan cara: menggosok gigi seusai makan, sebelum dan sesudah tidur, memilih sikat dengan kontur yang lembut atau halus, gantilah sikat gigi secara berkala, tidak menunggu bulu sikat rusak.
2. Hindari memakan makanan yang “keras”, berbumbu tajam (spicy), terlalu asam.
3. Hindari minuman yang beralkohol atau mengandung karbon (terkarbonasi).
4.Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran alami. Altenburg A, Zouboulis CC (2008) tidak merekomendasikan konsumsi buah jeruk (citrus fruits) saat sakit sariawan (terutama tipe RAS). Tampaknya hal ini memerlukan riset lanjutan untuk pembuktian kebenaran ilmiahnya.
5. Hindari atau kurangi konsumsi coklat, kacang selama sakit sariawan.
6. Berpola hidup 4S: sehat, seimbang, selaras, serasi. Baik secara jasmani maupun ruhani.

Demikian penjelasan kami. Semoga memberikan solusi.

Salam sehat dan sukses selalu!

Dokter Dito Anurogo
Dokter online (dokter digital), konsultan detik.com, penemu istilah-konsep medicopomology, pemerhati herbal dan tanaman asli Indonesia berkhasiat obat, penulis 13 buku. Saat ini mengabdi dan berkarya di Neuroscience Department, Brain and Circulation Institute of Indonesia, Surya University (BCII SU), Indonesia.

(hrn/vit)

Berita Terkait