dr Paul Kaplowitz, seorang pedriatik endokrinologis, sementara ini menduga berat badan sebagai faktor terbanyak penyebab puber dini. Tahun 2001, ia meneliti anak-anak usia 6-9 tahun dengan melihat hubungan berat badan akibat lemak dengan masa pubertas. Ternyata hasilnya positif, walaupun ada kontribusi dari faktor lainnya, demikian dikutip dari CNN.com pada Rabu (6/11/2013).
Di Amerika Serikat, perbedaan ras ternyata berpengaruh pada masa puber. Anak-anak dari ras Afrika-Amerika dan Hispanik memasuki masa puber lebih cepat daripada ras kulit putih. Beberapa alasan yang selama ini beredar adalah akibat perbedaan status ekonomi, iklim, dan gen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Munculnya jerawat dan rambut di area tersebut juga dialami bayi dan balita. Tapi itu akan menghilang. Kita harus lebih hati-hati dan teliti saat mengidentifikasi masa pubertas," kata dr Lawrence Silverman, seorang pediatric endokrinologis di Goyerb Children’s Hospital di Morristown, New Jersey, AS.
Kaplowitz mengatakan sebaiknya orang tua jangan takut dan ragu untuk konsultasi pada dokter. "Dokter pasti siap membantu Anda, terutama tentang cara menyampaikannya pada putra-putri Anda. Jangan panik. Kalau Anda tetap tenang, anak Anda akan merespon dengan baik. Anak perempuan yang haid lebih cepat dari temannya sangat membutuhkan dukungan Anda. Anda harus mampu meyakinkan mereka, bahwa perubahan ini adalah bagian dari kehidupan yang normal," pungkas Kaplowitz.
Dilaporkan Reuters, peneliti melakukan studi yang melibatkan 1.200 anak perempuan berusia enam dan delapan tahun yang tinggal di sekitar San Fransisco, Cincinnati, dan New York City. Setiap tahunnya, mereka akan dikunjungi tim peneliti untuk diukur perkembangan tubuhnya.
Di setiap kunjungan, tim menilai perkembangan payudara mereka menggunakan skala tanner. Hasilnya, gadis afrika amerika menunjukkan tanda perkembangan payudara saat berusia delapan tahun sepuluh bulan. Sedangkan anak perempuan Hispanik dan Asia payudaranya mulai tumbuh saat usia sembilan tahun empat bulan dan sembilan tahun delapan bulan.
Penelitian tersebut menyimpulkan gadis yang memasuki masa pubertas lebih awal cenderung lebih gemuk. "Meningkatnya tingkat obesitas tampaknya menjadi penggerak utama di balik perkembangan payudara gadis-gadis di era sebelumnya," papar Dr Frank Biro, salah satu penulis studi.
Peneliti menambahkan, gaya hidup gadis-gadis masa kini misalnya kurang olahraga, terlalu sering terpapar bahan kimia termasuk yang terkandung pada makanan bisa menghasilkan hormon yang memainkan peran dalam mendorong masa pubertas. Meskipun, dalam studi ini peneliti tidak melihat periode menstruasi atau tanda-tanda lain dari pubertas.
Dilansir Ny Daily News, Rabu (6/11), lebih jauh lagi peneliti mengatakan bahwa pubertas dini juga memiliki dampak jangka panjang pada beberapa anak. Misalnya, mereka yang mengalami pubertas dini bisa berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara karena tubuhnya bekerja lebih lama untuk menghasilkan estrogen.
"Di kehidupan saat ini, daging, susu, menu makanan, serta stres di lingkungan keluarga juga telah dikaitkan dengan pubertas dini. Oleh karena itu perlu bagi orang tua untuk terus memantau anaknya, terutama agar mereka terhindar dari stres," kata Marcia Herman-Giddens dari University of North Carolina, Chapel Hill yang mengomentari studi tersebut.
Sementara itu, Dr Anders Juul, dari Department of Growth and Reproduction di Rigshospitalet, Copenhagen, Denmark, mengatakan orang tua seharusnya tidak terlalu khawatir karena anak-anak sudah bisa dikatakan puber saat mengalami menstruasi yang biasanya terjadi dua sampai empat tahun setelah payudara mulai berkembang.
"Meskipun bisa saja berbeda pada anak yang payudaranya berkembang lebih cepat apakah ia juga akan mengalami menstruasi lebih cepat," kata Juul.
(vit/up)











































