Sengaja atau Tidak, Napas Sering Berhenti di Saat-saat Seperti Ini

Sengaja atau Tidak, Napas Sering Berhenti di Saat-saat Seperti Ini

- detikHealth
Selasa, 19 Nov 2013 13:36 WIB
Sengaja atau Tidak, Napas Sering Berhenti di Saat-saat Seperti Ini
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Jakarta - Saat tidur, beberapa orang mengalami henti napas hingga ratusan kali. Kondisi ini disebut sleep apnea. Gangguan hampir serupa juga bisa dialami pada banyak kondisi, termasuk bahkan saat sedang serius membaca email.

Berbeda dengan sleep apnea yang memang disebabkan oleh gangguan pada jalan napas, henti napas saat menerima email atau sedang sangat serius lebih disebabkan oleh faktor kebiasaan. Apapun sebabnya, itu adalah masalah yang harus diatasi.

"Harus diatasi dong, normalnya kan harus bernapas terus," jelas pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran, dr Andreas Prasadja, RPSGT saat dihubungi detikHealth, Selasa (19/11/2013).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa kondisi lain yang menyebabkan orang berhenti bernapas, baik disengaja ataupun tidak adalah sebagai berikut:


1. Ada yang kentut

Tidak ada yang suka mencium bau tidak sedap, termasuk bau kentut. Beberapa orang memiliki refleks spontan untuk tahan napas begitu mendengar suara kentut, bahkan sebelum baunya tercium. Reflek serupa juga dilakukan oleh Emma, seorang karyawati di Jakarta.

Jika bau tidak sedap segera tertiup angin, tentu tidak terlalu menjadi masalah. Namun ada kalanya, insiden kentut yang tidak disengaja terjadi di ruangan tertutup sehingga baunya tidak hilang-hilang. Sampai berapa lama akan menahan napas?

"Sampe nggak kuat nahan napas. Mungkin 1 menit, aku nggak ngitung soalnya. Terus narik napas cepet, tahan lagi," kata Emma.

Dan dalam kenyataannya, tahan napas tidak selalu efektif menangkal bau kentut. Bila tetap tercium meski sudah tahan napas, maka pilihannya hanya 2: menyingkir, atau ya sudah nikmati saja.

2. Orgasme

Sensasi orgasme begitu intens atau mendalam, hingga kadang-kadang tanpa sadar membuat orang lupa bernapas selama sepersekian detik. Salah satu teori mengaitkannya dengan kejang yang dialami hampir semua otot tubuh pada saat itu.

Namun penjelasan yang paling mudah diterima adalah, supaya tidak berisik karena jika tidak ditahan maka cenderung akan melenguh keras-keras atau bahkan berteriak. Benarkah demikian?

"Aduh, nggak ingat. Kayaknya sih enggak ya," kata Ega (31 tahun), seorang karyawati di Yogyakarta, soal saat ditanya soal pengalamannya tahan napas saat orgasme.

3. Berada di belakang Angkutan Umum

Refleks menahan napas juga bisa muncul di jalan raya, terutama saat tiba-tiba ada angkutan umum yang mendahului lalu menyemburkan asap hitam dan tebal dari knalpotnya. Tujuannya adalah mencegah polusi udara masuk ke paru-paru.

Namun tahan napas hanya bisa menjadi solusi sementara saat berada dalam kondisi seperti ini. Jika angkutan umum yang polusinya tinggi tidak segera pergi, tidak mungkin selama itu akan menahan napas karena sangat berbahaya.

"Ya pokoknya tutup hidung atau pakai masker, atau lari menjauh," kata Hani, pengguna angkutan umum di Jakarta.

4. Sedang menerima email

Seorang mantan eksekutif di perusahaan teknologi terkemuka Apple, Linda Stone memperkirakan 80 persen pengguna komputer pernah mengalami 'email apnea' atau henti napas saat menerima email. Bisa karena saking excited, bisa pula karena terlalu serius membacanya.

Linda menggunakan istilah 'email apnea' karena bagi dia gangguan ini mirip dengan sleep apnea. Henti napas saat tidur atau sleep apnea dialami karena saluran napas mengendur, lalu menghalangi udara pernapasan saat tidur. Dampak jangka panjangnya bisa memicu berbagai penyakit. Dikhawatirkan, 'email apnea' juga memicu masalah yang sama.

"Apakah kita semakin gemuk dan rentan diabetes karena kombinasi kurang gerak dan sering menahan napas sepanjang hari, padahal tubuh kita tidak didesain untuk seperti itu?" tanya Linda dalam artikelnya yang dimuat di Huffington Post.

5. Sedang sangat serius

Pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran, dr Andreas Prasadja, RPSGT mengaku punya beberapa pasien dengan keluhan seperti yang diistilahkan Linda sebagai 'email apnea'. Namun menurut dr Ade, demikian ia biasa disapa, kondisi ini lebih disebabkan oleh faktor kebiasaan.

"Kadang, beberapa orang karena terlalu serius, lalu menahan napas," kata dr Ade.

Dampaknya pun tidak seberbahaya sleep apnea. Saat seseorang sedang serius lalu tanpa sadar menahan napas, rasa sesak saat sudah tidak kuat menahan napas akan segera menyadarkannya untuk kembali bernapas. Berbeda dengan sleep apnea yang terjadi saat tidur, sehingga tidak disadari dan bisa terjadi sepanjang malam.
Halaman 2 dari 6
Tidak ada yang suka mencium bau tidak sedap, termasuk bau kentut. Beberapa orang memiliki refleks spontan untuk tahan napas begitu mendengar suara kentut, bahkan sebelum baunya tercium. Reflek serupa juga dilakukan oleh Emma, seorang karyawati di Jakarta.

Jika bau tidak sedap segera tertiup angin, tentu tidak terlalu menjadi masalah. Namun ada kalanya, insiden kentut yang tidak disengaja terjadi di ruangan tertutup sehingga baunya tidak hilang-hilang. Sampai berapa lama akan menahan napas?

"Sampe nggak kuat nahan napas. Mungkin 1 menit, aku nggak ngitung soalnya. Terus narik napas cepet, tahan lagi," kata Emma.

Dan dalam kenyataannya, tahan napas tidak selalu efektif menangkal bau kentut. Bila tetap tercium meski sudah tahan napas, maka pilihannya hanya 2: menyingkir, atau ya sudah nikmati saja.

Sensasi orgasme begitu intens atau mendalam, hingga kadang-kadang tanpa sadar membuat orang lupa bernapas selama sepersekian detik. Salah satu teori mengaitkannya dengan kejang yang dialami hampir semua otot tubuh pada saat itu.

Namun penjelasan yang paling mudah diterima adalah, supaya tidak berisik karena jika tidak ditahan maka cenderung akan melenguh keras-keras atau bahkan berteriak. Benarkah demikian?

"Aduh, nggak ingat. Kayaknya sih enggak ya," kata Ega (31 tahun), seorang karyawati di Yogyakarta, soal saat ditanya soal pengalamannya tahan napas saat orgasme.

Refleks menahan napas juga bisa muncul di jalan raya, terutama saat tiba-tiba ada angkutan umum yang mendahului lalu menyemburkan asap hitam dan tebal dari knalpotnya. Tujuannya adalah mencegah polusi udara masuk ke paru-paru.

Namun tahan napas hanya bisa menjadi solusi sementara saat berada dalam kondisi seperti ini. Jika angkutan umum yang polusinya tinggi tidak segera pergi, tidak mungkin selama itu akan menahan napas karena sangat berbahaya.

"Ya pokoknya tutup hidung atau pakai masker, atau lari menjauh," kata Hani, pengguna angkutan umum di Jakarta.

Seorang mantan eksekutif di perusahaan teknologi terkemuka Apple, Linda Stone memperkirakan 80 persen pengguna komputer pernah mengalami 'email apnea' atau henti napas saat menerima email. Bisa karena saking excited, bisa pula karena terlalu serius membacanya.

Linda menggunakan istilah 'email apnea' karena bagi dia gangguan ini mirip dengan sleep apnea. Henti napas saat tidur atau sleep apnea dialami karena saluran napas mengendur, lalu menghalangi udara pernapasan saat tidur. Dampak jangka panjangnya bisa memicu berbagai penyakit. Dikhawatirkan, 'email apnea' juga memicu masalah yang sama.

"Apakah kita semakin gemuk dan rentan diabetes karena kombinasi kurang gerak dan sering menahan napas sepanjang hari, padahal tubuh kita tidak didesain untuk seperti itu?" tanya Linda dalam artikelnya yang dimuat di Huffington Post.

Pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran, dr Andreas Prasadja, RPSGT mengaku punya beberapa pasien dengan keluhan seperti yang diistilahkan Linda sebagai 'email apnea'. Namun menurut dr Ade, demikian ia biasa disapa, kondisi ini lebih disebabkan oleh faktor kebiasaan.

"Kadang, beberapa orang karena terlalu serius, lalu menahan napas," kata dr Ade.

Dampaknya pun tidak seberbahaya sleep apnea. Saat seseorang sedang serius lalu tanpa sadar menahan napas, rasa sesak saat sudah tidak kuat menahan napas akan segera menyadarkannya untuk kembali bernapas. Berbeda dengan sleep apnea yang terjadi saat tidur, sehingga tidak disadari dan bisa terjadi sepanjang malam.

(up/vit)

Berita Terkait