Studi ini juga diperkirakan bahwa tekanan keuangan dan emosional saat menganggur membuat adanya tanda pada DNA orang tersebut.
Dalam studi ini, para ilmuwan memeriksa sampel darah dan catatan pekerjaan lebih dari 5.500 pria dan wanita berusia 31 tahun. Darah ini digunakan untuk diamati salah satu struktur kecil di dalamnya, yang disebut sebagai telomer. Telomer merupakan bagian paling ujung dari DNA linear dan berfungsi melindungi DNA dari kerusakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengangguran jangka panjang dan panjang telomer. Pria yang mengaggur selama 2-3 tahun saat sampel darahnya diambil dua kali lebih mungkin untuk memiliki telomer, dibandingkan pria yang memiliki pekerjaan. Hasil ini tetap sama bahkan ketika faktor-faktor lain yang terkait dengan penuaan, termasuk penyakit, merokok, minum alkohol dan kurang olahraga turut diperhitungkan.
Salah seorang peneliti dari Imperial College London, Dr Jessica Buxton, mengatakan bahwa telomer yang lebih pendek dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan usia dan kematian dini. Pengalaman hidup stres di masa kecil dan dewasa sebelumnya juga dikaitkan dengan cepatnya pemendekan telomer.
"Kini kami telah membuktikan bahwa pengangguran jangka panjang juga dapat menyebabkan penuaan dini," ujar Dr Jessica, seperti dilansir Daily Mail, Kamis (21/11/2013).
Salah seorang peneliti lainnya, Dr Leena Ala-Mursula, dari University of Oulu, Finlandia, menegaskan dari hasil studi ini bahwa tetap memiliki pekerjaan bisa menjadi salah satu bagian penting dalam menjaga kesehatan.
(ajg/vit)











































