Psikolog Dr Rose Mini M.Psi mengatakan, pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mengasah berbagai kecerdasan yang dimiliki anak misalnya kecerdasan matematika (akademis), interpersonal (bergaul), dan berkomunikasi.
Seperti diketahui, terdapat empat macam pola asuh yaitu uninvolved atau kurang terlibat (anak cenderung dibebaskan), indulgent atau permisif (mengikuti kemauan anak), authoritarian atau otoriter (anak harus mengikuti apa kata orang tua), dan authoritative atau demokratis (segala sesuatu didiskusikan dengan anak). Lantas, pola asuh seperti apa yang paling tepat diterapkan orang tua?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menuturkan, Pola asuh dipengaruhi beberapa faktor yaitu jenis kelamin. Biasanya, jika anak perempuan maka akan diajak bicara dengan lembut sedangkan anak laki-laki lebih tegas. Kemudian, pengalaman masa lalu orang tua, lingkungan tempat tinggal, kultur budaya, dan status sosial ekonomi. Pemaparan itu disampaikan bunda Romi dalam seminar 'Siap Cerdaskan si Kecil Sejak Dini' di Kuningan City, Jakarta, seperti ditulis pada Minggu (24/11/2013).
"Tuhan memberi empat tipe pengasuhan tapi rata-rata orang tua hanya menggunakan satu dan tidak berubah-ubah. Keempat pola asuh harus dimiliki orang tua, disesuaikan dengan situasi, orang tua jangan memaksakan kehendak," tutur bunda Romi.
"Ayah dan ibu juga harus konsisten, gunakan konsekuensi, bukan reward dan punishment. Bangun self esteem, jangan suka membandingkan, mencela, atau menjudge anak," imbuhnya. Lebih lanjut, bunda Romi menghimbau orang tua ketika melarang anak melakukan sesuatu, sebaiknya jelaskan alasannya.
Sebab, makin dilarang anak akan makin penasaran. Nah, dengan memberi pengertian mengapa dia tidak boleh melakukan sesuatu bisa membuat anak lebih menerima larangan orang tua. Lalu, bagiamana denga orang tua yang sering memarahi buah hatinya?
"Boleh marah, itu manusiawi, cuma yang seperti apa. Misal anak cuma berantakin kertas orang tua marah, terus dia dorong adiknya yang memang itu berbahaya, marah juga. Itu membuat anak berpikir porsi marah orang tua sama aja kalau dia melakukan kesalahan yang kecil dan besar, jadinya si anak tidak takut lagi. Makanya perlu marah tapi sesuaikan juga dengan kesalahan si anak," jelas bunda Romi.
(up/vit)











































