Jika Tak Pangkas Separuh Bobotnya, Pria Obesitas Ini Segera Meninggal

Jika Tak Pangkas Separuh Bobotnya, Pria Obesitas Ini Segera Meninggal

- detikHealth
Selasa, 31 Des 2013 18:32 WIB
Jika Tak Pangkas Separuh Bobotnya, Pria Obesitas Ini Segera Meninggal
Martyn Richardson (Foto: Daily Mail)
Jakarta - Seorang pria berusia 32 tahun menderita kelebihan berat badan. Sudah lama ia mengalami kegemukan dan pada puncaknya ia berbobot 165 kilogram. Dokter memvonis jika tidak mengurangi bobot tubuhnya, usia pria itu tidak sampai tiga tahun lagi.

Martyn Richardson mendapat peringatan keras dari dokter. Katanya ia sudah sangat dekat dengan kematian karena kondisi tubuhnya benar-benar tidak sehat. Dokter menyarankan Martyn untuk mengurangi separuh bobot tubuhnya agar ia dapat hidup lebih lama. Sayang, akibat obesitas Martyn juga menderita radang sendi pada lutut sehingga hampir mustahil baginya untuk berolahraga.

Pria itu kini benar-benar terjebak dalam sebuah lingkaran setan. Ia mengalami obesitas dan harus menurunkan bobotnya untuk hidup lebih lama. Salah satu cara untuk menurunkan bobotnya adalah dengan berolahraga. Tetapi olahraga membuat lututnya sangat nyeri. Untuk meredakan nyeri ia mendapat suntikan steorid, tetapi suntikan itu justru membuat bobotnya semakin bertambah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hampir mustahil berolahraga, bagaimana Martyn bisa pangkas bobot untuk perpanjang usia? Padahal bila tak segera pangkas separuh bobotnya, masa depan pria itu akan suram. Ini adalah yang pertama kalinya dalam sejarah, obesitas lebih ampuh dari malnutrisi dalam merenggut nyawa seseorang. Demikian dilansir Daily Mail dan dikutip, Selasa (31/12/2013).

Martyn tampil dalam seri baru di televisi, Big Body Squad. Acara itu menampilkan orang-orang yang karena terlalu gemuknya hingga tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Acara tersebut juga mendatangkan ahli untuk membantu.

Tidak hanya Martyn saja yang menderita obesitas. Di Inggris, lebih dari 15 juta warganya menderita obesitas. Seorang pria bernama Steve memiliki bobot 190 kilogram. Akibatnya ketika ia mengalami kecelakaan, tim pemadam kebakaran terpaksa memotong baja mobilnya. Kasus lainnya dialami Denise. Ia memiliki bobot 250 kilogram dan tidak pernah keluar rumah selama hampir empat tahun.

Namun kasus Martyn adalah salah satu yang parah sebab tubuhnya hampir menyerah, atau dengan kata lain kematian kian dekat. Obesitas telah menyebabkan berbagai komplikasi pada tubuh Martyn.

Osteoartritis, radang sendi yang dialami Martyn adalah salah satu contoh bagaimana kelebihan berat badan dapat mempercepat proses penuaan. Di usianya yang baru 32 tahun, sendi Martyn seolah berusia 60 tahun dan ia kesakitan ketika berjalan dan berolahraga.

"Konsultan memberitahu jika terus begini, saya akan meninggal dalam tiga tahun," ungkap Martyn pada Big Body Squad. Kepada program tersebut Martyn juga menceritakan bagaimana ia bisa terkena obesitas.

"Seperti kebanyakan anak muda lain, saya mengira kenaikan berat badan adalah bagian pertumbuhan dan akan mengatasinya di kemudian hari. Bobot saya mulai naik semenjak remaja dan terus naik setiap tahun. Saya berpikir akan menurunkannya, tetapi itu berlalu begitu saja. Saya tidak pernah benar-benar aktif dan tetap makan banyak. Hingga kini saya sampai pada titik di mana dokter mengatakan bahwa sesuatu harus dilakukan atau saya akan meninggal."

Tidak punya pilihan lain, Martyn dengan putus asa mulai berusaha menurunkan berat badannya dengan berolahraga. Bobotnya berkurang 25 kilogram. Namun ia menghadapi masalah lain. Semakin ia berolahraga, semakin sakit pula sendi pada lututnya. Untuk meredakan sakit itu, ia harus diberi suntikan steroid.

"Saya harus berolahraga untuk menurunkan berat, tetapi semakin banyak dilakukan, semakin sakit sendi lutut saya. Suntikan steroid untuk meringankan rasa nyeri malah membuat bobot saya naik, sehingga membuat lutut makin tertekan, dan menyebabkan saya lebih menderita," ungkap pria itu.

Putus asa karena tak dapat temukan solusi, Martyn pun menemui Dr Jane Schindler, ahli musculoskeletal. Dokter itu memberi Martyn akunpuntur untuk menghentikan siklus nyeri dan kenaikan bobot yang dialaminya. Meski fobia jarum, Martyn tetap melakukan terapi itu.

Terapi itu membantu Martyn meredakan rasa sakit dengan membuat otot rileks. Terapi itu juga dapat memperkuat otot di sekitar area lutut sehingga ia mampu berjalan atau berolahraga. Dengan mendapat akunpuntur, diharapkan Martyn bisa kembali berolahraga sehingga bobotnya turun dan ia bisa hidup lebih lama.



(vit/vit)

Berita Terkait