Menurut dr Irfan Mulyana Mustofa SpOG dari RSUD Leuwiliang, Bogor, proses mual saat kehamilan berlangsung secara hormonal yang mempengaruhi otak kemudian asam lambung meningkat sehingga menimbulkan mual sampai muntah. Bahkan, bisa juga sampai terjadi luka lambung. Pada tahapan ini, mekanismenya sama seperti mual pada keadaan tidak hamil atau maag. Sehingga perbedaan yang mendasar yakni pada proses patofisiologisnya.
"Di mana maag bukan karena diakibatkan proses hormonal sebagaimana mual pada kehamilan. Selain itu, maag tidak berlangsung terus menerus. Jika pola makan sudah teratur lalu obat-obatan penetralisir dan pengendali asam lambung dikonsumsi, maag akan segera membaik," kata dr Irfan saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Kamis (30/1/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi bukan berarti jika pada siang, sore atau malamnya terasa mual menjadi hal yang abnormal, hal itu tetaplah normal. Yang patut diwaspadai adalah selama tidak sampai terjadi hiperemesis gravidarum yaitu mual disertai muntah yang berlebihan atau sampai menimbulkan dehidrasi," papar dr Irfan.
Mual saat hamil juga tidak berhubungan dengan terlambat makan atau pola makan yang tidak teratur. Pada maag, setelah asam lambung netral dan makanan bisa masuk alias lambung terisi, maag segera membaik.
"Pada mual saat hamil, kencenderungannya malah keinginan untuk konsumsi makanan yang asam seperti buah mangga malah meningkat. Meskipun boleh, tapi hal ini tidak direkomendasikan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak," kata dr Irfan.
Pada dasarnya, mual dan rasa ingin muntah pada wanita hamil diakibatkan dari peningkatan hormon Beta-HCG yang diproduksi oleh corpus luteum kehamilan di mana puncaknya terjadi pada saat usia kehamilan 3 bulan (11-13 minggu). Secara bertahap rasa mual dan ingin muntah akan mulai berkurang ketika masuk usia kehamilan 18 minggu sebab pada umumnya mual sudah tidak ada lagi karena plasenta (ari-ari) sudah mengambil alih fungsi corpus luteum.











































