Tak Cuma Mobil-mobilan, Bocah Laki-laki Ini Juga Main Boneka dan Pakai Rok

Tak Cuma Mobil-mobilan, Bocah Laki-laki Ini Juga Main Boneka dan Pakai Rok

- detikHealth
Selasa, 18 Feb 2014 11:49 WIB
Tak Cuma Mobil-mobilan, Bocah Laki-laki Ini Juga Main Boneka dan Pakai Rok
Foto: Barcroft
London - Umumnya anak laki-laki dibesarkan orang tuanya dengan menerapkan hal-hal berbau maskulin semata. Namun tidak dengan bocah 2 tahun bernama Max Price yang dibesarkan orang tuanya sebagai sosok dengan 'gender netral'. Meskipun Max adalah laki-laki, dia tidak sekadar memiliki mainan khas laki-laki seperti teman-temannya. Namun dia juga bermain boneka, memakai rok, dan mengecat kukunya.

"Menegakkan stereotip gender dapat merusak. Itu mengajarkan anak-anak kecil menjadi agresif dan dominan atas perempuan," kata Lisa Price (23), sang ibu, seperti dikutip dari Mirror, Selasa (18/2/2014).

Lisa dan suaminya memang tidak membesarkan anaknya secara spesifik berdasarkan jenis kelaminnya. Sebab mereka yakin jika anak laki-laki hanya dididik sebagai layaknya lelaki saja, masa di masa depan akan menjadi dominan atas perempuan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena itulah Lisa memakaikan baju laki-laki dan perempuan kepada putranya. Max pun dibelikan mainan untuk laki-laki dan perempuan. Malah Max terkadang berpura-pura menyusui boneka-bonekanya, dan menurut orang tuanya hal itu merupakan ekspresi diri yang tidak perlu dilarang.

Bocah itu sangat menikmati ketika bermain dengan mobil-mobilan, pesawat, ataupun miniatur dinosaurus. Namun dia tak kalah antusias saat kukunya dicat kutes dengan warna favoritnya. Bahkan Max juga tampak senang ketika jepit berbentuk kupu-kupu disematkan di rambutnya.

Lisa dan suaminya, Martin, sama sekali tidak khawatir dengan metode pengasuhan anaknya yang dianggap kontroversial itu. Mereka bahkan sangat yakin pengasuhan seperti itu akan membentuk pribadi Max, sehinga kelak tumbuh menjadi laki-laki dan suami yang lebih baik.

Lisa menghindari pengasuhan anak yang konvensional setelah sebelumnya melakukan penelitian akan maraknya pemerkosaan. Perempuan asal Walsall ini sampai pada kesimpulan bahwa stereotip genderlah yang harus disalahkan atas munculnya agresi seksual.

Temuan itu meyakinnya bahwa membesarkan Max dengan 'gender netral' akan memberikan landasan yang baik dalam hidup buah hatinya kelak. Lisa juga percaya pengasuhan semacam itu akan memberikan Max pemahaman yang lebih baik pada perempuan.

Lisa memaparkan ada penelitian yang mengatakan bahwa anak laki-laki pada dasarnya akan tetap menjadi anak laki-laki, di mana secara alamiah mereka menjadi agresif dalam hidupnya dan agresif secara seksual. Sifat yang seperti ini menurut Lisa bisa merugikan anak laki-laki itu sendiri dan juga anak perempuan.

"Saya tidak ingin menempatkan dia dalam kotak tertentu dan memperlakukan dia seperti itu. Saya ingin mengajarkan dia untuk menjadi apapun yang ia ingin," tutur Lisa.

"Saya mencintainya tidak peduli apapun yang terjadi, asalkan dia tidak menyakiti siapapun," imbuhnya.

Kebanyakan orang tua memilihkan pakaian untuk anak-anaknya, tetapi Lisa dan Martin membiarkan Max memilih sendiri bajunya. Balita itu atas inisiatif sendiri bahkan terkadang kerap menggabungkan pakaian konvensional 'laki-laki' dan 'perempuan'.

Bahkan Lisa tidak akan melarang jika putranya ingin memakai sayap peri yang biasa dipakai anak-anak perempuan. Sebab menurutnya itu adalah cara Max mengekspresikan dirinya.

Martin sendiri sangat mendukung keputusan istrinya. Pria yang memiliki dua anak dari pasangan sebelumnya itu membiarkan anak laki-lakinya memakai gaun jika anak itu memang ingin memakainya. Martin mengatakan orang tuanya pernah bercerita bahwa saat kecil Martin pernah bermain dengan boneka-boneka kakak perempuannya. Hal itu pun sama sekali tidak membuatnya terganggu.

"Saya tidak melihat hal yang seperti itu bisa mengganggu orang lain," ucapnya.

Lisa tidak peduli jika orang-orang menatap aneh ke arah anaknya. "Saya tahu orang-orang akan berpikir kalau Max mungkin akan berubah menjadi gay. Tapi memangnya kenapa kalau memang dia seperti itu?" kata Lisa.

Dia sama sekali tidak mempermasalahkan jika kelak Max akan menjadi homoseksual, biseksual, transeksual, ataupun aseksual. "Saya mengizinkan anak saya untuk memutuskan dirinya untuk menjadi apa yang dia inginkan," pungkas Lisa.

Pengasuhan anak yang dilakukan orang tua yang satu dengan yang lain memang berbeda-beda. Hal itu tergantung pada pengalaman dan pemikiran masing-masing. Salah dan benar dalam pengasuhan anak memang relatif, karena orang tua yang paling tahu benar bagaimana membentuk karakter anaknya.

(vit/up)

Berita Terkait