Dalam studi yang diterbitkan di journal Obstetrics and Gynecology, dikatakan istirahat memang bisa jadi solusi untuk semua masalah saat kehamilan. Sebab, secara logika tidak terlalu banyak bergerak maka tubuh tidak terlalu lelah dan stres sehingga ibu bisa lebih mudah saat melahirkan.
"Istirahat bisa dikatakan sebagai senjata pamungkas yang dipakai banyak orang untuk menghindari kelahiran prematur, rasa sakit saat kontraksi, serta komplikasi kehamilan lainnya," papar dr Ronald Thomas dari divisi maternal foetal medicine di West Penn Allegheny Health System.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan, secara fisik, terlalu banyak bed rest bisa meningkatkan risiko penggumpalan darah serta percepatan atrofi otot serta demineralisasi tulang yang bisa berujung pada osteoporosis. Terlalu lama bed rest salah satunya dialami oleh Michelle Massucci.
"Saya diopname beberapa lama di RS dan kondisi fisik saya sangat memprihatinkan. Saya mengalami atrofi otot dan untuk menggerakkan kaki saja sangat kesulitan," tutur Michelle seperti dikutip dari Essential Baby, Minggu (23/3/2014).
Oleh karena itu, dr Thomas mengingatkan bukan berarti para wanita hamil harus terus-terusan di tempat tidur dan tidak beranjak kemana-mana. Hal yang perlu dilakukan adalah memodifikasi kegiatannya dan melakukan kebiasaan sehari-hari dengan waktu yang lebih singkat. Kecuali, jangan lakukan hal-hal yang sangat berbahaya misalnya membawa beban berat, sering naik dan turun tangga, atau bahkan mendaki gunung misalnya.
Dikatakan dr Shiman, dulu bisa saja masyarakat terbelenggu pemikiran bahwa bed rest satu-satunya cara untuk menghindari kelahirkan prematur atau komplikasi saat bersalin. Tapi sekarang tidak, dengan tubuh yang tetap aktif akan memperkuat kondisi ibu hamil sebagai persiapan persalinann.
"Kecuali untuk beberapa kondisi darurat misalnya ada kelainan pada ibu atau hipertensi sehingga gerak ibu harus dibatasi untuk mencegah naiknya tekanan darah," pungkas dr Shiman.
(rdn/vit)











































