Jauhnya daerah asal dari rumah sakit yang mumpuni kini tak lagi jadi penghalang bagi mereka, keluarga kurang mampu dengan buah hati yang terkena kanker, untuk berobat. Meski masih berstatus kontrakan, rumah di bilangan Sleman itu merupakan tempat spesial bagi mereka. Di sanalah anak-anak yang didera kanker beserta keluarganya tinggal selama masa pengobatan berlangsung, tanpa dipungut biaya.
"Di sini tidak dipungut biaya, hanya infak sebesar Rp 5.000 per hari," tutur Andi Winahyu, sekretasis Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja (YKAKJ) kepada detikHealth dan ditulis pada Senin (7/4/2014).
Rumah singgah tersebut tidak langsung serta merta berdiri. Cikal bakal rumah singgah tersebut awalnya adalah sebuah paguyuban orangtua dengan anak penderita kanker, yang salah satu anggotanya adalah Andi. Dianggap kurang maksimal, Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) lantas menawarkan untuk membuat yayasan serupa di Yogyakarta, YKAKJ.
Dengan kapasitas 15 orang, rumah singgah itu kini dihuni 6 orang pasien kanker anak yang masing-masing ditemani salah satu anggota keluarga. Di sanalah mereka melakukan kegiatan bersama-sama layaknya keluarga. Mereka membersihkan rumah, bercengkrama, merapikan barang-barang, saling bahu membahu, serta memasak bersama-sama.
Kartini, salah satu ibu yang tinggal di sana, mengaku lebih bisa menerima apa yang menimpa putranya, Ryan. Sebelumnya terkadang ia ingin menyalahkan takdir yang seolah tidak adil padanya.
"Kadang-kadang kepikiran juga untuk menyalahkan takdir, apa dosaku. Kok aku jadi kayak gini? Penyakit ini kok ada pada anak saya? Tapi semenjak sampai di sini melihat teman-teman, masih banyak yang sependeritaan, akhirnya saya mulai bisa menerima, bisa berlapang dada. Tadinya memang rasanya kayak merasa terkucil," tutur ibu rumah tangga asal Banyumas itu.
Cerita Kartini lantas disahuti para ibu yang lain dengan semangatnya. "Tapi kalau pulang ya nggak tahu nanti gimana," ujar salah satu dari mereka.
(vit/vit)











































