"Side effect-nya anak mengalami gangguan paranoid, trauma berkepanjangan. Sering kali yang mengalami trauma seperti itu ketika dewasa mereka bermasalah terkait hubungan dengan laki-laki lain. Mereka pandangannya jadi negatif pada laki-laki lain," ujar psikolog anak dan remaja, Efnie Indrianie, MPSi, dalam perbincangan dengan detikHealth, Selasa (15/4/2014).
Dampak lainnya adalah anak kelak bisa tumbuh menjadi pribadi yang apatis. Apalagi jika mereka tidak mendapat penanganan yang baik dan kurang penanaman nilai religiusitas, maka sangat mungkin kelak dirinya akan mempraktikkan tindakan tersebut alias menjadi paedofil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu pakar andrologi dan seksolog, Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS mengatakan anak korban sodomi bisa mengalami masalah serius di kemudian hari. Pengalaman seksual pertama akan menentukan perilakunya ke depan. Prof Wimpie berpendapat ada dua masalah serius yang dialami anak korban sodomi dalam kaitan dengan perilaku seksnya ke depan.
Pertama, jika si anak mengalami masalah psikis berat maka akan terjadi trauma yang berkepanjangan dan bisa membuatnya menjadi aseksual ketika dewasa alias tidak tertarik melakukan hubungan seksual. Berdasarkan pengalamannya, anak korban sodomi memiliki masalah krisis percaya diri sehingga lebih banyak menjadi penyendiri dan pemurung ketika dewasa.
Kedua, jika si anak korban sodomi merasakan kenikmatan maka peluang untuk mengulangi lagi pengalaman yang dialami semasa kecil akan terjadi. "Ketika si anak dewasa, dia akan kembali mencoba melakukannya meskipun nantinya dia adalah heteroseksual. Yang dikhawatirkan kalau dia kembali melakukannya dengan anak kecil yang belum mengerti apa-apa," kata Prof Wimpie.
Saat ini, bocah 5 tahun yang menjadi korban pelecehan seksual oleh pekerja kebersihan di sekolahnya, sekolah internasional di bilangan Jakarta Selatan, tampak masih tertekan. Saat tidur, anak itu sering mengigau seperti sedang ketakutan. "Dia pernah ngigau 'stop, don't do that, go away from me..ah..ah' sampai berteriak seperti ketakutan," tutur sang ibu.
Tak cuma itu, anaknya pun berperilaku aneh. "Saya tahu kelakuan anak saya mulai aneh, jadi sebelum berangkat sekolah atau malam hari dia kalau kencing itu sampai harus dipencet-pencet kemaluannya sampai air kencingnya tidak ada lagi," kata ibunya.
Rupanya anak itu hendak memastikan tidak ada lagi air kencing yang tersisa, sehingga di sekolah dia tidak perlu buang air kecil di toilet. Dengan berbagai cara, akhirnya ibu itu berhasil membujuk anaknya bercerita sehingga terungkap kasus pelecehan seksual tersebut.
Polisi telah menetapkan tiga tersangka. Dua tersangka yang merupakan laki-laki saat ini telah mendekam di jeruji besi Polda Metro Jaya. Mereka dikenai pasal 292 KUHP tentang pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur dan UU Perlindungan Anak.
(vit/up)











































