Jangan Suka Membentak Anak, Ini Bahayanya untuk Jantung si Kecil

Jangan Suka Membentak Anak, Ini Bahayanya untuk Jantung si Kecil

- detikHealth
Selasa, 15 Apr 2014 13:06 WIB
Jangan Suka Membentak Anak, Ini Bahayanya untuk Jantung si Kecil
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Kelakuan anak yang sulit dikendalikan kerap membuat orangtua naik pitam. Tidak jarang, perkataan bernada tinggi atau bentakan pun dikeluarkan. Tetapi sebaiknya Anda mengurangi kebiasaan itu. Sebab nada tinggi tak hanya berdampak buruk bagi psikologis, tetapi juga jantung anak.

"Jantung sangat merespons suara-suara yang memiliki tone berbeda," ujar dr Godeliva Maria Silvia Merry, M.Si, dokter sekaligus pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Yogyakarta.

Menurutnya, denyut nadi seseorang akan berubah-ubah menyesuaikan jenis suara yang didengar. Untuk menjelaskan pengaruh jenis suara terhadap detak jantung, dr Silvia mengambil contoh tiga jenis musik, yakni musik meditasi bertempo lambat, musik pop bertempo sedang, dan musik disko bertempo cepat. Ternyata ketika mendengar musik yang lebih cepat, jantung juga akan berdetak lebih cepat.

"Itu adalah salah satu contoh bahwa sebenarnya jantung sangat merespon terhadap suara," tuturnya pada seminar bertajuk "Beats for Future", seperti ditulis pada Selasa (15/4/2014).

Sifat jantung yang responsif terhadap suara tersebut berkaitan dengan hubungan antara gaya mengasuh dengan kondisi jantung anak. Cara pengucapan perintah yang berbeda akan menghasilkan efek yang berbeda pula. Jika anak terus menerus dibentak atau diperintah dengan nada tinggi, tutur dr Silvia, maka jantung anak akan berdetak lebih cepat.

"Itulah mengapa ibu-ibu atau orangtua yang suaranya selalu tinggi, mungkin denyut jantung anaknya menjadi lebih cepat, deg-degan," ujar dr Silvia. "Misalnya 'Dik, makan, Dik!!' dengan 'Dik, makan, Diik,' itu akan berbeda."

Apa akibatnya jika orangtua kerap membentak anak dengan nada tinggi? Menurut dr Silvia, jika terus-terusan terpapar suara bernada kasar atau tinggi, jantung akan terbiasa berdetak dengan cepat. Alhasil jantung akan cepat 'exhausted' alias kelelahan. Efek yang sama juga terjadi pada mereka yang terus-terusan mendengarkan musik berirama cepat.

Menurutnya juga, penelitian mengenai hubungan antara paparan suara terhadap kinerja jantung telah dilakukan di tingkat internasional dan telah terbukti.

Sebuah studi di Amerika yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Health Perspectives telah membuktikan kaitan antara paparan suara dengan detak jantung. Menurut studi itu, detak jantung seseorang cenderung meninggi jika mengalami paparan suara yang meningkat. Efek itu tetap ada meskipun tingkat kenyaringan suara hanya di bawah 65 desibel, atau sama nyaringnya dengan suara percakapan biasa atau suara orang tertawa.

(vit/vit)

Berita Terkait