Oleh karena itu, seksolog, penulis, dan dosen senior di University of Sydney Dr Patricia Weerakon menekankan orang tua sebaiknya bertanggung jawab dalam memberi pendidikan seks yaitu tentang bagaimana tubuh bekerja, jenis kelamin, memiliki bayi, ekspresi seksual, dan nilai-nilai.
"Tidak berbicara pada anak soal pendidikan seks demi pembelajarannya berarti kita memberikan kesempatan pada mereka saat remaja nanti beralih ke internet untuk mendapat pendidikan seks," kata Weerakon.
Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan orang tua sesuai umur anak untuk memberi pendidikan seks pada putra putrinya seperti yang diutarakan Weerakon dan dikutip dari ABC Australia, Selasa (29/4/2014):
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
1. Usia 0-3 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Ajari anak untuk menghindari rasa malu dan bersalah terhadap bagian tubuhnya tertentu. Misalnya biasakan gunakan handuk saat keluar dari kamar mandi," kata Weerakon.
1. Usia 0-3 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Ajari anak untuk menghindari rasa malu dan bersalah terhadap bagian tubuhnya tertentu. Misalnya biasakan gunakan handuk saat keluar dari kamar mandi," kata Weerakon.
2. Usia 4-5 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Anda juga bisa menjelaskan bagaimana bayi bisa ada di rahim seorang ibu dengan bahasa yang pasti disesuaikan dengan usianya dan tidka terlalu vulgar," tutur Weerakon.
2. Usia 4-5 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Anda juga bisa menjelaskan bagaimana bayi bisa ada di rahim seorang ibu dengan bahasa yang pasti disesuaikan dengan usianya dan tidka terlalu vulgar," tutur Weerakon.
3. Usia 6-8 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
3. Usia 6-8 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
4. Usia 9-12 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Mulailah membahas penting dan berharganya diri serta tubuh mereka. untuk mengantisipasi pengaruh media dan internet, batasi apa yang sebaiknya mereka akses dan yang tidak," terang Weerakon.
4. Usia 9-12 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Mulailah membahas penting dan berharganya diri serta tubuh mereka. untuk mengantisipasi pengaruh media dan internet, batasi apa yang sebaiknya mereka akses dan yang tidak," terang Weerakon.
5. Usia 13-18 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Bicarakan tentang hubungan dengan teman sebaya, konflik yang mungkin dialami guna membantu mereka mengidentifikasi respons fisik dan verbal agar mereka bisa menghindar atau melarikan diri dari situasi yang membuat mereka tidak nyaman," papar Weerakon.
5. Usia 13-18 tahun
|
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Bicarakan tentang hubungan dengan teman sebaya, konflik yang mungkin dialami guna membantu mereka mengidentifikasi respons fisik dan verbal agar mereka bisa menghindar atau melarikan diri dari situasi yang membuat mereka tidak nyaman," papar Weerakon.
Halaman 2 dari 12











































