Pada prinsipnya, untuk penyimpanan ASI perah hindarilah perubahan suhu yang drastis. Simpanlah ASI perah dengan perubahan suhu secara bertahap mulai dari suhu ruangan hingga suhu freezer.
"Setelah perah taruh di suhu ruangan dulu, lalu masukan ke dalam kulkas, baru masukkan ke freezer. Begitu juga sebaliknya, sebelum diminum dari freezer masukkan ke dalam kulkas dulu, lalu diamkan beberapa saat di suhu ruangan, baru dihangatkan sebentar," kata Mia Sutanto, ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Selasa (6/5/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pakai botol kaca memang disarankannya. Botol kaca juga gampang membersihkannya, tidak perlu disterilkan. Zat dan nutrisi yang tertempel di dinding kaca sedikit, jika dibandingkan dengan plastik," kata pejuang ASI tersebut.
Terakhir ia menyarankan, ketika akan memberikan ASI perah kepada bayi sebaiknya hindari penggunaan dot atau botol. Karena jika menggunakan dot atau botol maka bayi akan mengalami 'bingung puting'.
"Disarankan tidak menggunakan dot atau botol, lebih baik menggunakan sendok atau pipet. Karena botol atau dot bisa menyebakan bayi bingung puting, bayi akhirnya tidak mau menyusui payudara ibu karena lebih senang dengan dot atau botol," terang Mia.
Jika disodori dot, bayi akan lebih senang karena dia tidak perlu berusaha mengisap dot untuk mendapatkan susu. Susu dalam botol akan mengalir begitu saja dan keluar lewat lubang dot. Berbeda dengan puting payudara ibu, bayi harus berusaha mengisap agar air susu keluar. Maka itu jika bayi terbiasa menggunakan dot, dia akan kebingungan saat menyusu langsung di payudara ibunya.
(vit/vit)











































