Untuk itu, banyak penelitian yang mencoba mengembangkan vaksin untuk menanggulangi DBD. Salah satunya dilakukan oleh Prof Dr dr Sri Rezeki S Hadinegoro SpA(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
"Penelitian pengembangan vaksin DBD saat ini sudah dalam tahap akhir," ujar Prof Sri ketika dihubungi detikHealth dan ditulis Kamis (8/5/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prof Sri menjelaskan bahwa jika sudah diujicobakan kepada anak-anak, tentunya tahap pengembangan vaksin atau obat sudah berada dalam tahap akhir. Tahap pertama dikatakannya adalah uji coba yang dilakukan di laboratorium. Setelah itu baru uji coba kepada binatang.
Jika pada binatang hasilnya ditemukan baik dan tidak berbahaya, uji coba ketiga, ke empat dan terakhir dilakukan kepada orang dewasa dalam skala kecil, orang dewasa dalam skala besar dan terakhir kepada anak-anak. Jika pada anak-anak tidak ditemukan efek samping yang berbahaya, baru obat siap dipasarkan.
"Juni nanti akan dikumpulkan hasil dari ketiga kota itu, lalu dilihat bagaimana hasilnya, baru nanti dipikirkan kapan dipasarkan," ujar Prof Sri lagi.
Kabar ini tentunya menggembirakan mengingat proses pembuatan vaksin DBD yang memang sangat sulit dilakukan. Prof Dr dr Usman Chatib Warsa, SpML, PHd yang dihubungi detikHealth mengatakan bahwa DBD mempunyai 4 tipe dengue yang masing-masing saling bertentangan.
"Jadi misalnya vaksin dengue tipe 1 diberikan kepada pasien, pasien malah lebih rentan terserang dengue tipe lainnya yait dengue 2, 3 atau 4. Sehingga sulit sekali membuat vaksin DBD," ujar Prof Usman.











































