"Penyakit katarak masih paling banyak di Indonesia, angkanya di atas 50 persen, sekitar 52 persen. Sisanya ada glaukoma, refraksi mata atau masalah retina," ujar Prof Dr dr Nila F. Moeloek, SpM (K), Ketua Yayasan AINI, kepada detikHealth.
Hal tersebut disampaikan Prof Nila di sela-sela acara pembukaan bakti sosial yang diselenggarakan di RS Mata AINI, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (13/5/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angka itu harusnya sekitar 0,6 atau sekitar 200 ribuan. Kalau sudah mencapai 1 persen saja, ini sudah jadi masalah sosial. Soalnya normalnya kan operasi katarak ini cukup mahal," terang Prof Nila.
Tarif operasi yang semakin meningkat ini disampaikan Prof Nila dikarenakan teknologi yang kian berkembang. Alat untuk operasi juga diimpor dari luar negeri. "Katarak itu kerugian ekonominya tinggi, mengganggu mata pencaharian mereka yang mengalaminya," lanjut Prof Nila, yang saat ini juga aktif sebagai Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI).
Katarak merupakan kondisi yang menyebabkan kekeruhan lensa di bagian dalam mata yang memfokuskan gambar agar jatuh pada retina. Para ahli mengatakan bahwa setiap orang di bumi dapat mengembangkan katarak jika mereka hidup cukup lama. Katarak biasanya terjadi pada orang-orang yang telah mencapai usia 60 tahun.
(ajg/vit)











































