Hal itu dibuktikan oleh penelitian terbaru dari Amerika. Dr Douglas Zatrick dari University of Washington School of Medicine, Seattle mengatkan bahwa anak yang orang tuanya terluka, karena sakit atau kecelakaan, sangat rentan memiliki PTSD.
"Jika orang tua terluka, sangat mungkin anak memiliki gejala kecemasan dalam waktu 5 bulan. Hal ini penting karena pada kasus kecelakaan di keluarga, faktor dukungan psikologis sangat penting," tutur Dr Zatrick seperti dikutip dari Reuters dan ditulis Senin (9/6/2014).
Dr Zatrick mengatakan bahwa tentunya, PTSD hanya akan dialami oleh anak jika orang tuanya menderita cedera serius. Kecelakaan kendaraan menjadi penyebab utama cedera yang dialami oleh orang tua. Penyebab cedera lainnya bisa karena kebakaran, terjatuh, atau benturan.
Penelitian Dr Zatrick dilakukan kepada 175 anak dan orang tua yang ditemui di Seattle Trauma Center. 20 Persen anak dari orang tua yang sedang terluka dilaporkan mempunyai gejala PTSD 5 bulan setelahnya.
Tak hanya itu, jika orang tua mereka mengalami cedera serius dan sulit sembuh, anak pun akan lebih susah terbebas dari PTSD, terlepas dari seberat apapun cedera mereka. Dr Zatrick mengatakan bahwa dirinya tidak terkejut mengetahui bahwa kecelakaan di daerah rumah pun dapat membuat anak stres.
"Ini adalah penelitian pertama tentang cedera dan luka terhadap mental anak di luar daerah perang. Memang mengkhawatirkan bagaimana kecelakaan sehari-hari pun dapat membuat anak stres," sambung dr Zatrick lagi.
Tak terbatas pada kecelakaan, penelitian sebelumnya mengatakan bahwa anak yang mempunyai orang tua dengan penyakit serius (HIV dan kanker) juga rentan mengalami gangguan mental. Selain itu, mereka juga rentan melakukan hubungan seks berisiko serta mengonsumsi obat-obatan teralarang.
Biasanya, anak-anak pengidap PTSD menjadi tertutup, mudah gelisah atau malah sering berperilaku agresif.
(up/up)











































