Akan tetapi meski sudah duduk atau berbaring, lansia tetap harus mengikuti anjuran dokter sebelum berolahraga. Salah satunya adalah mengukur denyut nadi agar olahraganya tidak berlebihan sehingga malah berefek negatif bagi tubuh.
dr Arie Sutopo SpKO mengatakan ada rumus khusus yang digunakan untuk mengukur berapa seharusnya denyut nadi seorang lansia ketika berolahraga. Rumusnya adalah denyut maksimal dikalikan 50-70 persen tergantung kondisi tubuh orang tersebut. Denyut nadi maksimal didapat dari angka 220 dikurangi jumlah umur.
"Jadi misalnya umur 60 tahun, denyut nadi maksimalnya 220 dikurangi 60 jadi 160. Nah denyut nadi latihannya itu 50-70 persen dari 160, kira-kira 80-100 per menit," tutur dr Arie menjelaskan ketika dihubungi detikHealth dan ditulis Kamis (12/6/2014).
Maka dari itu dr Arie sangat menganjurkan ada dokter atau minimal sarjana olahraga yang menjadi pelatih untuk mendampingi lansia yang sedang berolahraga. Sehingga denyut nadi dapat selalu diukur agar tak melebihi batas.
Lalu apa yang terjadi jika denyut nadinya melebihi batas denyut nadi latihan? Kondisi tersebut disebut dr Arie sebagai overtraining atau kelebihan latihan. Jika itu terjadi maka risikonya adalah lansia akan merasa lelah dan bisa jadi sensitif, bahkan bisa mengakibatkan kematian.
"Kalau overtraining nanti dia jadi marah-marah karena kan pelepasan hormonya nggak karu-karuan. Kalau yang ada risiko jantung atau stroke ya bisa-bisa kena juga kalau overtraining," ungkap dr Arie.
(up/up)











































