Biasanya, para remaja akan melakukan transisi dengan mencari pertolongan medis di Royal Children's Hospital, Melbourne. Mereka umumnya akan didiagnosa dengan gender dysphoria yang akhirnya membuat perempuan memutuskan menjadi lelaki, begitupun sebaliknya.
"Perubahan sikap masyarakat bisa jadi alasan kenaikan jumlah transgender. Ekspektasi Royal Children's Hospital hanya terjadi peningkatan 50 persen tapi nyatanya lebih dari itu. Masyarakat yang bisa lebih menerima kaum transgender bisa mendorong bertambahnya para transgender," kata Jeremy Wiggins, wanita yang akhirnya memilih menjadi laki-laki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wiggins, yang lahir sebagai perempuan dan memutuskan untuk menjadi laki-laki di usia 20 tahun antusias menngelola kegiatan itu. Sebab, menurut Wiggins, remaja transgender 125 kali lebih mungkin mencoba bunuh diri ketimbang non-transgender. Hal ini dikarenakan beberapa orang tidak mungkin melakukan operasi atau terapi hormon dan mereka putus asa karena merasa terintimidasi.
"Saya diganggu secara lisan, diserang secara fisik dan kadang ada sekelompok orang aneh yang berusaha mencelakai saya. Pastinya hal ini akan berpengaruh bagi mental saya karena putus asa dan tidak menutup kemungkinan untuk bunuh diri bukan?" tutur Wiggins seperti dikutip dari ABC Australia, Selasa (8/7/2014).
Lain halnya dengan remaja bernama Canon dan Ashley yang mengaku mempertanyakan identitas gender mereka sejak usia 15 sampai 25 tahun. Canon lahir sebagai perempuan tetapi ia sangat tomboi, bahkan gemar mengendarai sepeda BMX dan memakai baju laki-laki. Setelah bertahun-tahun, baru Canon menemukan jati dirinya sebagai laki-laki.
Sementara Ashley yang lahir sebagai laki-laki sempat terjerumus menggunakan narkoba karena ia merasa gagal memperjuangkan identitasnya. Apalagi, dalam keseharian Ashley sering diganggu dan diolok-olok bahwa dirinya tidak normal.
"Jika masyarakat bisa sedikit menghargai kami, mungkin aku bisa lebih menemukan jati diriku dengan lebih cepat. Bagaimana tidak, kami harus berjuang menghadapi respons negatif beberapa orang sebelum kami bisa menegakkan identitas gender kami," kata Ashley.
(rdn/up)











































