Anjing Peliharaan Tiba-tiba Mati, Ternyata Pria Ini Kena Pneumonia

Anjing Peliharaan Tiba-tiba Mati, Ternyata Pria Ini Kena Pneumonia

- detikHealth
Kamis, 10 Jul 2014 18:33 WIB
Anjing Peliharaan Tiba-tiba Mati, Ternyata Pria Ini Kena Pneumonia
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Colorado -

Baru-baru ini, seorang pria asal Colorado, Amerika Serikat didiagnosis terkena wabah pneumonia dengan jenis langka dan paling mengancam jiwa. Menurut pejabat setempat, kasus pneumonia ini merupakan kasus pertama yang terjadi pada manusia selama 10 tahun terakhir.

Dikutip dari Reuters, Kamis (10/7/2014), pria yang tidak disebutkan identitasnya tersebut dicurigai terkena pneumonia setelah anjing peliharaan keluarganya mati mendadak. Menurut pernyaatan Colorado Department of Public Health and Environment, anjing tersebut positif terkena pneumonia.

Pria dan anjingnya diyakini tertular penyakit tersebut di wilayah Colorado bagian timur. Meskipun sampai saat ini belum ada keterangan lengkap bagaimana kondisi terakhir pasien. Berdasarkan keterangan U.S. Centers for Disease Control and Prevention, bakteri penyebab wabah ini secara alami terdapat di bagian barat AS dan sebagian di wilayah Colorado, New Mexico, Arizona, dan California.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wabah ini menular melalui kutu pada tikus dan biasanya anjing padang rumput. Ketika hewan yang terinfeksi mati, kutu sebagai pembawa bakteri akan menemukan tempat bersemayam baru," kata salah satu pejabat kesehatan di Colorado.

Bakteri penyebab pneumonia sama halnya dengan penyebab penyakit pes, tetapi bakteri ini akan menginfeksi paru-paru manusia. Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, napas pendek, batuk, dan sakit pada leher Bentuk serius dari wabah ini bisa menular dari manusia ke manusia melalui dahak.

"Sejak tahun 1957, 60 orang sudah diidentifikasi terkena pneumonia dan 9 orang meninggal dunia. Meski penularan manusia ke manusia jarang terjadi, wabah ini berpotensi menjadi makin parah. Jika tidak terdeteksi dini serta diobati dengan antibiotik, umumnya akan mengancam jiwa," terang pejabat kesehatan tersebut.

(rdn/up)

Berita Terkait