Suntik kortikosteroid dan fisioterapi adalah cara yang dapat menyembuhkan cedera pada pundak. Meski begitu, sebagian besar orang, terutama dokter, lebih banyak menyarankan para pasiennya untuk melakukan fisioterapi dibandingkan pemberian suntik atau injeksi.
"Karena rasa sakit dan radang yang terkadang muncul pada cedera pundak, suntik kortikosteroid juga merupakan pengobatan yang biasa digunakan oleh dokter umum, orthopedis, dan rheumatologis," jelas Daniel I. Rhon, fisioterapis dari Center for the Intrepid di Brooke Army Medical Center, Fort Sam Houston, Texas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Grup yang pertama mendapatkan pengobatan dengan cara terapi setiap dua kali dalam sepekan selama tiga pekan. Sedangkan grup kedua mendapatkan pengobatan suntik kortikosteroid sebanyak tiga kali selama setahun. Jika pasien fisioterapi dibantu dengan ahli pengobatan, pasien yang disuntik juga mendapatkan latihan olahraga di rumah.
Setelah satu bulan masa percobaan, kedua grup ini memberikan hasil yang cukup signifikan. Setahun menjalani pengobatan, penyakit pada pundak tersebut berkurang setengah dengan dua cara pengobatan tersebut.
"Hanya setengah dari cedera pundak ini benar-benar sembuh setelah enam bulan, menandakan bahwa ini merupakan penyakit yang serius," imbuh Brooke K. Coombes yang juga belajar fisioterapi di University of Queensland, Brisbane, Australia, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/8/2014).
Sebagai seorang yang pernah belajar fisioterapi, Coombes tak kaget bahwa kedua penyembuhan ini sama-sama dapat menyembuhkan cedera. Meski begitu, ada beberapa alasan mengapa dokter memilih salah satu pengobatan tersebut.
Suntik kortikosteroid tentunya akan lebih hemat dibandingkan dengan perawatan terapi. Karena pasien hanya bertemu dokter sekali dibandingkan dengan terapi yang harus bertemu berkali-kali. Tentunya setiap orang berbeda-beda, untuk itu ada beberapa orang yang akan lebih cepat sembuh dengan pemberian suntik dibandingkan terapi.
(ajg/up)











































