Heboh soal gangguan Bipolar-2 yang dialami oleh Marshanda bukan hanya soal latar belakang broken home atau isu dieksploitasi oleh sang bunda. Aktris yang akrab disapa Chacha tersebut mengaku sudah meminum obat Xanax (Alprazolam) karena sulit tidur sejak SMP.
"Kalau aku nggak bisa tidur biasanya aku itu ke kamarnya mama, aku bilang sama mama kalau aku nggak bisa tidur. Langsung tuh mama bilang, 'itu ada Xanax di meja makan ambil saja setengah tablet," tutur Marshanda dalam tayangan Just Alvin, Minggu malam.
Pernyataan tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan lanjutan. Sebenarnya tepatkah menggunakan Xanax agar mudah tertidur? Apakah Xanax merupakan salah satu obat bagi pengidap gangguan bipolar-2 seperti Marshanda?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan obat tidur, juga bukan obat bipolar. Xanax itu obat termasuk dalam golongan benzodiazepine atau obat penenang. Akan tetapi memang memiliki efek mengantuk dan bisa diresepkan bagi pasien bipolar jika pasien mengalami gangguan kecemasan atau ansietas seperti mudah panik, jantung berdebar, atau sulit bernapas," tutur dr Andri ketika dihubungi detikHealth dan ditulis, Senin (11/8/2014).
Hal senada juga dikatakan oleh Dr Suryo Dharmono, SpKJ dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurutnya, konsumsi Xanax memang mempunyai efek mengantuk. Akan tetapi, penggunaannya harus selalu dalam pengawasan dokter ahli. Karena jika konsumsi berlebih, ada kecenderungan pasien menjadi dependant atau ketergantungan terhadap obat tersebut.
"Bukan (obat tidur). Xanax itu sebenarnya obat antiansietas, obat untuk mengatasi kecemasan. Ya memang mempunyai efek mengantuk tapi kalau dipergunakan untuk obat tidur, ada risiko akhirnya menjadi dependant. Penggunaanya harus terkontrol oleh dokter," paparnya.
Penting untuk dicatat, Xanax hanya bisa dikonsumsi dengan resep dokter. Jika tak dikontrol oleh dokter, bukan tidak mungkin pasien akan mengalami toleran atau kebal terhadap efek obat. dr Suryo mengatakan bahwa memang biasanya dosis Xanax yang diminum pasien tanpa kontrol dokter akan cenderung naik.
"Dosis obat itu diberikan disesuaikan dengan situasi kecemasan pasien. Kalau dipergunakan sendiri, beli sendiri tanpa resep dokter, dosisnya memang akan cenderung naik, bahkan bisa tidak terkontrol," sambungnya lagi.
(up/up)











































