Menanggapi hal ini, dr Tun Kurniasih Bastaman, SpKJ(K) dari Sanatorium Dharmawangsa mengatakan sex selfie bisa saja menjadi ciri kepribadian histrionik di mana orang yang bersangkutan ingin menjadi pusat perhatian.
"Yang melakukan sex selfie biasanya kan suka pamer tubuh, dia lebih mengandalkan penampilannya supaya jadi perhatian dan pengakuan sosial. Kalau narsisistik pamer tubuhnya dilakukan karena memang dia merasa lebih dari orang lain," terang dr Tun ketika dihubungi detikHealth, Kamis (14/8/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, jika ada cara lain yang bisa dilakukan agar yang bersangkutan bisa merasakan kepuasan seksual, maka sex selfie tidak terlalu tepat dimasukkan dalam kategori eksibisonis.
"Kemungkinan sex selfie lebih ke histrionik ya di mana dia ingin pamer aja keintiman dia dengan pasangan. Dia mengandalkan ketertarikan fisik misal tubuh dia dan pasangan yang dianggap menarik sehingga jadi pusat perhatian," imbuh dr Tun.
Senada dengan dr Tun, dr Danardi Sosrosumihardjo SpKJ(K) mengatakan sex selfie bisa terjadi ketika seseorang memamerkan sesuatu yang harusnya tidak diekspos tetapi justru ada suatu kebanggaan ketika melakukan itu, sama halnya seperti selfie bugil.
"Perlu diingat untuk menegakkan diagnosis sex selfie yang dia lakukan itu memang karena dia eksibisionis, perlu proses panjang karena bisa saja sex selfie itu ternyata hanya untuk memanas-manasi mantan pacar atau pacarnya kan," kata dr Danardi.
(rdn/ajg)











































