Bocah-bocah Perokok di Indonesia Kembali 'Mendunia' Lewat Karya Foto

Bocah-bocah Perokok yang Mendunia

Bocah-bocah Perokok di Indonesia Kembali 'Mendunia' Lewat Karya Foto

- detikHealth
Selasa, 19 Agu 2014 10:41 WIB
Bocah-bocah Perokok di Indonesia Kembali Mendunia Lewat Karya Foto
'Marlboro Boys' di Time
Jakarta -

Gara-gara fenomena baby smoker, Indonesia pernah menjadi perbincangan internasional. Banyaknya perokok berusia 10 tahun ke bawah di tanah air sepertinya bakal kembali menjadi sorotan dunia, kali ini lewat karya seorang fotografer Kanada.

Lewat seri foto berjudul 'Marlboro Boys', Michelle Siu, seorang fotografer asal Kanada menampilkan kedekatan anak-anak Indonesia dengan rokok. Bocah-bocah dalam bidikan lensa Siu bukan sekedar terpapar asap rokok, melainkan aktif mengisap rokoknya sendiri.

Sebagian di antara mereka masih memakai seragam SD saat menikmati isapan rokok di kamarnya. Ada pula yang merokok dengan santainya di samping seorang perempuan berkerudung yang sedang menyusui bayinya. Bocah-bocah ini seakan kehilangan kepolosannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka mengisap dan menghembuskannya seperti orang dewasa yang sudah merokok bertahun-tahun. Beberapa dari mereka sudah merokok 2 bungkus perhari sejak masih kecil," kata Siu, dikutip dari Time, Selasa (19/8/2014).

Dalam keterangan mengenai proyek foto 'Marlboro Boys' di situsnya, Siu menyinggung data tentang jumlah perokok muda di Indonesia. Pada 2010, jumlah perokok usia 10-14 tahun tercatat sejumlah 426 ribu, melonjak dari 71 ribu pada 1995.

Sementara itu, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan adanya peningkatan jumlah perkokok usia 15-19 tahun. Tercatat angkanya mencapai 7,1 persen pada 1995, dan meningkat menjadi 18,3 persen pada 2013.

Dalam wawancara dengan Times, Siu juga menyinggung soal kontroversi pengendalian rokok. Banyaknya bocah-bocah yang sudah mengenal rokok menurutnya tak lepas dari regulasi rokok di Indonesia yang ia nilai masih jauh dari harapan.

"Sulit bagi pemerintah untuk benar-benar mengatur industri. Ini adalah sesuatu yang bagi mereka menghasilkan banyak uang," kata Siu.

 

(up/rdn)

Berita Terkait